Samarinda (ANTARA Kaltim) - Konsultan teknik KONI Kalimantan Timur Paulus Pasurney menyayangkan daerah itu tidak mempunyai atlet andalan di cabang olahraga atletik untuk bersaing di pentas nasional.
"Padahal Kaltim punya sarana olahraga yang representatif untuk cabang olahraga atletik seperti di Stadion Madya Sempaja dan juga Stadion Utama Kaltim Palaran yang pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan PON 2008," katanya di Samarinda, Sabtu.
Selain itu secara finansial Kaltim juga termasuk provinsi kaya yang punya kepedulian dalam mengembangkan prestasi olahraga para atlet daerahnya.
"Sayang aja Kaltim tidak punya atlet andalan di cabang atletik, padahal disitu banyak lumbung medali untuk setiap even olahraga seperti halnya PON," kata Paulus saat melakukan evaluasi bersama tim Binpres KONI Kaltim, di Hotel Guntur, Bandung, beberapa waktu lalu.
Alasan pria yang pernah melatih sejumlah atlet nasional itu cukup beralasan, dengan bukti pada perhelatan PON XIX 2016 di Jawa Barat, tim Kaltim hanya bisa meraih medali perunggu oleh Gayus Sibuangin di nomor dasalomba.
Padahal lanjut Paulus, di ajang olahraga empat tahunan tersebut ada 42 medali yang diperebutkan.
"Tidak usah banyak-banyak dari 42 medali itu, kita bisa mengambil 4 emas diantaranya sudah prestasi yang bagus, biarlah yang lain menjadi milik provinsi lain,"jelasnya.
Propinsi Kalimantan Timur memang pernah punya atlet andalan pada PON sebelumnya seperti Rini Budiarti, Yahuza, Sundari, namun kesemuanya merupakan atlet mutasi dan pada PON tahun ini telah membela daerah lain.
Menurut Paulus, menciptakan atlet atletik yang bisa diandalkan memang tidak gampang, karena selain harus mencari bakat atlet yang tepat, juga harus ditunjang dengan pendanaan yang cukup dan sarana latihan yang memadai.
" Kaltim punya semua itu, cuma tinggal kemauan saja, kapan program pembinaan atlet itu dimulai, tapi harus benar-benar orentasinya mengarah pada prestasi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Padahal Kaltim punya sarana olahraga yang representatif untuk cabang olahraga atletik seperti di Stadion Madya Sempaja dan juga Stadion Utama Kaltim Palaran yang pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan PON 2008," katanya di Samarinda, Sabtu.
Selain itu secara finansial Kaltim juga termasuk provinsi kaya yang punya kepedulian dalam mengembangkan prestasi olahraga para atlet daerahnya.
"Sayang aja Kaltim tidak punya atlet andalan di cabang atletik, padahal disitu banyak lumbung medali untuk setiap even olahraga seperti halnya PON," kata Paulus saat melakukan evaluasi bersama tim Binpres KONI Kaltim, di Hotel Guntur, Bandung, beberapa waktu lalu.
Alasan pria yang pernah melatih sejumlah atlet nasional itu cukup beralasan, dengan bukti pada perhelatan PON XIX 2016 di Jawa Barat, tim Kaltim hanya bisa meraih medali perunggu oleh Gayus Sibuangin di nomor dasalomba.
Padahal lanjut Paulus, di ajang olahraga empat tahunan tersebut ada 42 medali yang diperebutkan.
"Tidak usah banyak-banyak dari 42 medali itu, kita bisa mengambil 4 emas diantaranya sudah prestasi yang bagus, biarlah yang lain menjadi milik provinsi lain,"jelasnya.
Propinsi Kalimantan Timur memang pernah punya atlet andalan pada PON sebelumnya seperti Rini Budiarti, Yahuza, Sundari, namun kesemuanya merupakan atlet mutasi dan pada PON tahun ini telah membela daerah lain.
Menurut Paulus, menciptakan atlet atletik yang bisa diandalkan memang tidak gampang, karena selain harus mencari bakat atlet yang tepat, juga harus ditunjang dengan pendanaan yang cukup dan sarana latihan yang memadai.
" Kaltim punya semua itu, cuma tinggal kemauan saja, kapan program pembinaan atlet itu dimulai, tapi harus benar-benar orentasinya mengarah pada prestasi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016