Tana Paser (ANTARA Kaltim) - Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Paser, mengembangkan seluas 40 hektare lahan tanaman cabai keriting.
"Nantinya seluas 40 hektare lahan cabai itu dikembangkan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) yang tersebar di enam kecamatan," kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Distanbun Paser, Saharudin, di Tanah Grogot, Selasa.
Keenam kecamatan yang akan dijadikan tempat pengembangan lahan tanaman cabai tersebut, kata Saharudin, yakni Kecamatan Long Kali, Tanah Grogot, Pasir Belengkong, Batu Engau, Batu Sopang, dan Kecamatan Kuaro.
"Long Kali merupakan kecamatan dengan pengembangan lahan cabai terluas yakni 19 hektare," ujarnya.
Sementara di Kecamatan Tanah Grogot, katanya, tanaman cabai keriting akan dikembangkan di lahan seluas tujuh hektare, di Pasir Belengkong tujuh hektare, tiga hektare di Kecamatan Batu Engau, dan masing-masing dua hektare di Kecamatan Kuaro serta Batu Sopang.
"Jenis cabai dikembangkan yakni jenis cabai keriting," kata Saharudin.
Pengembangan cabai keriting dilakukan karena harganya fluktuatif dan jika terjadi kelangkaan jenis cabai keriting dapat mempengaruhi inflasi, katanya.
"Jenis cabai keriting yang dikembangkan petani harganya naik turun dan kelangkaan jenis cabai ini bisa memengaruhi inflasi," jelas Saharuddin.
Saat ini, tambahnya, pasokan cabai keriting di Pasar Induk Senaken Tanah Grogot berasal dari tanaman cabai yang dikembangkan gabungan kelompok tani.
"Para petani yang tergabung dalam gapoktan selalu menjual hasil panen tanaman cabainya di Pasar Induk Senaken," kata Saharudin. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Nantinya seluas 40 hektare lahan cabai itu dikembangkan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) yang tersebar di enam kecamatan," kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Distanbun Paser, Saharudin, di Tanah Grogot, Selasa.
Keenam kecamatan yang akan dijadikan tempat pengembangan lahan tanaman cabai tersebut, kata Saharudin, yakni Kecamatan Long Kali, Tanah Grogot, Pasir Belengkong, Batu Engau, Batu Sopang, dan Kecamatan Kuaro.
"Long Kali merupakan kecamatan dengan pengembangan lahan cabai terluas yakni 19 hektare," ujarnya.
Sementara di Kecamatan Tanah Grogot, katanya, tanaman cabai keriting akan dikembangkan di lahan seluas tujuh hektare, di Pasir Belengkong tujuh hektare, tiga hektare di Kecamatan Batu Engau, dan masing-masing dua hektare di Kecamatan Kuaro serta Batu Sopang.
"Jenis cabai dikembangkan yakni jenis cabai keriting," kata Saharudin.
Pengembangan cabai keriting dilakukan karena harganya fluktuatif dan jika terjadi kelangkaan jenis cabai keriting dapat mempengaruhi inflasi, katanya.
"Jenis cabai keriting yang dikembangkan petani harganya naik turun dan kelangkaan jenis cabai ini bisa memengaruhi inflasi," jelas Saharuddin.
Saat ini, tambahnya, pasokan cabai keriting di Pasar Induk Senaken Tanah Grogot berasal dari tanaman cabai yang dikembangkan gabungan kelompok tani.
"Para petani yang tergabung dalam gapoktan selalu menjual hasil panen tanaman cabainya di Pasar Induk Senaken," kata Saharudin. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016