Samarinda (ANTARA Kaltim) - Koordinator "Protection of Forest and Fauna" atau Profauna Borneo, Bayu Sandi menyatakan prihatin terhadap maraknya eksploitasi penyu di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

"Kami tentu sangat prihatin dengan masih maraknya eksploitasi penyu di Kabupaten Berau yang saat ini tengah gencar melakukan sosialiasi kunjungan wisata, khususnya Pulau Derawan yang menjadi destinasi wisata utama di daerah itu," kata Bayu Sandi yang dihubungi dari Samarinda, Senin.

Eksploitasi penyu di Kabupaten Berau kata Bayu Sandi, bukan hanya pada karapas, tetapi juga daging serta telurnya yang terus diburu untuk diperjualbelikan.

Saat ini, Profauna masih menemukan maraknya perburuan penyu di kawasan Kabupaten Berau.

Temuan itu kata Bayu Sandi, berdasarkan penelusuran tim Frofauna Borneo yang melakukan penyamaran sebagai pembeli.

"Aktivitas perburuan dan penjualan telur penyu itu kami temukan saat tim kami melakukan penyamaran sebagai pembeli dsan wawancara langsung dengan penjual," katanya.

Saat itulah terungkap bahwa telur penyu itu dijual ke Jalan Antasasi Kota Samarinda, bahkan ada yang hingga ke Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. "Temuan tersebut sudah kami laporkan ke BKSDA Kaltim, sepekan lalu," kata Bayu Sandi.

Modus yang digunakan para pemburu telur penyu itu, yakni dengan menggunakan "speedboat" kemudian berkumpul di Kecamatan Biduk-biduk, selanjutnya melakukan perburuan telur penyu.

"Tidak hanya telurnya, tetapi juga mereka berburu daging penyu. Untuk mengelabui petugas, mereka mencacah atau memotong daging telur penyu tersebut kemudian ditaruh ke dalam boks dengan dicampur es serta ikan yang diakui mereka bahwa itu adalah `fillet` tuna," katanya.

Mereka melakukan aksi perburuan secara spontan dan perburuan dilakukan tanpa pola. Artinya, mereka berburu telur penyu dengan melihat situasi.

"Walaupun pada satu titik ada banyak penyu atau telur penyu tetapi karena kondisi cuaca tidak mendukung atau karena adanya petugas sehingga mereka tidak beraksi. Jadi, itulah hambatan dan kesulitan kami menemukan aksi mereka," kata Bayu Sandi.

Aktivitas eksploitasi penyu di Kabupaten Berau sudah disampaikan ke pihak terkait, termasuk ke kepolisian, BKSDA dan pemerintah setempat.

"Di Kabupaten Berau ada forum Konservasi Keanekaragaman Hayati Perairan Berau dan di dalam forum tersebut terdapat unsur TNI dan Polri, termasuk BKSDA dan pemerintah setempat. Jadi, kami kerap menyampaikan laporan disertai bukti berupa foto dan video terkait eksploitasi penyu tersebut melalui media sosial forum tersebut," ujarnya.

"Berdasarkan kesepakatan kebetulan Bupati dan wakil Bupati Berau merupakan pembina dari forum tersebut, kami (Profauna Borneo) porsinya hanya melaporkan ke pihak berwenang termasuk BKSDA. Jadi, kami tidak punya kewenangan menindak dan hanya bersifat memberikan laporan tentu disertai bukti berupa gambar dan video," tutur Bayu Sandi. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016