Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur bekerja sama dengan Forum Bahasa Media Massa (FBMM), menggelar lomba penulisan cerita anak tentang Sungai Karang Mumus (SKM) untuk guru agar cerita tersebut menjadi bagian pendidikan bagi anak-anak.
"Tema lomba ini adalah penulisan cerita anak berbasis kearifan lokal, namun karena kearifan lokal merupakan hal yang luas, maka panitia sepakat kearifan lokal ini diarahkan ke Sungai Karang Mumus agar lebih spesifik," ujar Ketua FBMM Provinsi Kaltim Najib Muhammad di Samarinda, Kamis.
Sedangkan bagi guru lain yang lokasinya jauh dari Samarinda dan tidak mengenal dengan baik terhadap SKM, tidak perlu khawatir karena Kantor Bahasa Kaltim juga menggelar berbagai lomba lain sejenis seperti penulisan esai, feature, dan lainnya dalam rangkaian peringatan bulan bahasa dan sastra.
Lomba penulisan cerita anak bertema Merawat Sungai Karang Mumus ini, para guru dibebaskan mengambil judul apa saja dan dimulai dari sudut pandang mana saja.
Satu hal yang perlu menjadi perhatian peserta adalah, tulisan tidak boleh lepas dari tema, mengandung pendidikan bagi anak untuk tidak membuang sampah ke sungai, namun membuang sampah pada tempat yang semestinya.
Tulisan yang dilombakan juga tidak mengandung unsur pornografi maupun unsur suku, agama, ras, antargolongan (SARA).
Mulai saat ini, kata Najib, para guru yang berminat mengikuti lomba ini, dipersilahkan melakukan pengamatan di SKM yang sampai sekarang masih digunakan warga sebagai tempat pembuangan sampah, padahal sungai seharusnya dijaga dan dirawat, bukan malah dikotori seolah anugerah Tuhan tersebut menjadi tempat sampah terpanjang di dunia.
Di sisi lain, lanjut Najib, dalam merawat SKM agar ke depan bisa bersih dan menjadi salah satu destinasi wisata, hingga kini juga ada komunitas yang aktif merawat SKM, yakni Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda.
LSM GMSS-SKM tidak sendirian dalam merawat sungai, karena saat ini sudah banyak lembaga dan berbagai komunitas yang simpati dan turut memungut sampah sebagai bentuk sindiran sekaligus pendidikan bagi warga yang suka membuang sampah tidak pada tempatnya.
"Peserta yang berminat mulai sekarang boleh mulai membuat cerita untuk anak ini, sedangkan waktu pengumpulan naskah dilakukan pada 1-15 Oktober 2016 di Kantor Bahasa Kaltim, Jalan Batu Cermin, Sempaja, Samarinda," kata Najib.
Dalam memperingati Bulan Bahasa dan Sastra 2016 ini, Kantor Bahasa Kaltim bekerjasama dengan beberapa pihak menggelar 14 jenis lomba dengan total hadiah Rp250 juta. Salah satunya adalah penulisan cerita anak berbasis kearifan lokal untuk guru yang diarahkan ke SKM. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Tema lomba ini adalah penulisan cerita anak berbasis kearifan lokal, namun karena kearifan lokal merupakan hal yang luas, maka panitia sepakat kearifan lokal ini diarahkan ke Sungai Karang Mumus agar lebih spesifik," ujar Ketua FBMM Provinsi Kaltim Najib Muhammad di Samarinda, Kamis.
Sedangkan bagi guru lain yang lokasinya jauh dari Samarinda dan tidak mengenal dengan baik terhadap SKM, tidak perlu khawatir karena Kantor Bahasa Kaltim juga menggelar berbagai lomba lain sejenis seperti penulisan esai, feature, dan lainnya dalam rangkaian peringatan bulan bahasa dan sastra.
Lomba penulisan cerita anak bertema Merawat Sungai Karang Mumus ini, para guru dibebaskan mengambil judul apa saja dan dimulai dari sudut pandang mana saja.
Satu hal yang perlu menjadi perhatian peserta adalah, tulisan tidak boleh lepas dari tema, mengandung pendidikan bagi anak untuk tidak membuang sampah ke sungai, namun membuang sampah pada tempat yang semestinya.
Tulisan yang dilombakan juga tidak mengandung unsur pornografi maupun unsur suku, agama, ras, antargolongan (SARA).
Mulai saat ini, kata Najib, para guru yang berminat mengikuti lomba ini, dipersilahkan melakukan pengamatan di SKM yang sampai sekarang masih digunakan warga sebagai tempat pembuangan sampah, padahal sungai seharusnya dijaga dan dirawat, bukan malah dikotori seolah anugerah Tuhan tersebut menjadi tempat sampah terpanjang di dunia.
Di sisi lain, lanjut Najib, dalam merawat SKM agar ke depan bisa bersih dan menjadi salah satu destinasi wisata, hingga kini juga ada komunitas yang aktif merawat SKM, yakni Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda.
LSM GMSS-SKM tidak sendirian dalam merawat sungai, karena saat ini sudah banyak lembaga dan berbagai komunitas yang simpati dan turut memungut sampah sebagai bentuk sindiran sekaligus pendidikan bagi warga yang suka membuang sampah tidak pada tempatnya.
"Peserta yang berminat mulai sekarang boleh mulai membuat cerita untuk anak ini, sedangkan waktu pengumpulan naskah dilakukan pada 1-15 Oktober 2016 di Kantor Bahasa Kaltim, Jalan Batu Cermin, Sempaja, Samarinda," kata Najib.
Dalam memperingati Bulan Bahasa dan Sastra 2016 ini, Kantor Bahasa Kaltim bekerjasama dengan beberapa pihak menggelar 14 jenis lomba dengan total hadiah Rp250 juta. Salah satunya adalah penulisan cerita anak berbasis kearifan lokal untuk guru yang diarahkan ke SKM. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016