Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimatan Timur Mawardi Ritonga mengatakan Pemerintah Provinsi Kaltim masih memiliki waktu untuk melakukan transformasi kebijakan ekonomi dari sebelumnya menggantungkan pada sektor tambang ke sektor lain.

"Pemprov Kaltim masih memiliki waktu dan harapan melakukan transformasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang terus turun sejak 2015 hingga triwulan pertama 2016. Apalagi sektor pertambangan dan penggalian terus merosot yang diikuti kredit macet hingga 20 persen," kata Mawardi di Samarinda, Jumat.

Ia optimistis dengan Rencana Jangka Menengah Pembangunan Daerah (RJMPD) Provinsi Kaltim hingga 2018 yang telah disusun, karena isinya sangat baik untuk memacu pertumbuhan ekonomi di luar pertambangan dan penggalian.

Saat ini, kejayaan sektor tambang nyaris berakhir sehingga harus mencari dan mengembangkan sektor-sektor lain yang lebih riil dalam menopang perekonomian daerah.

Mawardi menilai delapan Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan Pemprov Kaltim akan mampu mendukung transformasi ekonomi, seperti sektor wisata di Berau yang potensinya sangat besar dengan kepulauan Derawan, kemudian industri pengolahan gas di Bontang, dan sektor pertanian yang hampir menyebar di semua daerah.

Selama ini, lanjutnya, Kaltim memang sudah melakukan transformasi ekonomi, namun prosesnya masih lambat karena permasalahan yang kompleks, mulai dari koordinasi tingkat pemerintahan antarkelembagaan atau instansi, perizinan hingga adanya resistensi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan infrastruktur.

Sementara itu, Deputi Kepala BI Kaltim Harry Aginta menambahkan selama ini proses transformasi ekonomi di Kaltim berjalan lambat karena faktor regulasi yang belum bersahabat dan koordinasi lembaga pemerintah yang masih kurang, seperti dalam mengatasi masalah kelistrikan.

Menurut ia, pihak PLN telah sepakat bersama-sama akan mendata potensi energi listrik di Kaltim, sedangkan Bank Indonesia akan membantu memfasilitasi antarlembaga pemerintah di daerah dan pusat untuk koordinasi, sehingga akan terdorong transformasi ekonomi yang berkaitan dengan suplai energi listrik.

Catatan Bank Indonesia, kinerja ekonomi Kaltim selama triwulan pertama 2016 mengalami penurunan ketimbang triwulan sebelumnya.

Pada triwulan pertama 2016, kinerja ekonomi Kaltim terkoreksi minus 1,3 persen (yoy), lebih dalam ketimbang triwulan sebelumnya yang terkoreksi minus 0,5 persen.

Kemudian capaian pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan pertama 2016 juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 4,9 persen.

"Sektor pertambangan masih menjadi penyebab utama turunnya kinerja ekonomi Kaltim di tengah pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat, termasuk turunnya harga komoditas internasional yang berimbas pada penjualan komoditas batu bara dari Kaltim," ujar Harry. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016