Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pelatih Arema Cronus Milomir Seslija mengaku kecewa dengan kegagalan timnya meraih tiket final Piala Gubernur Kalimantan Timur (PGK) 2016 yang akan berlangsung di Stadion Utama Palaran Samarinda 13 Maret.
Menurut pelatih asal Bosnia tersebut di Samarinda, Kamis, dari dua kali penampilan skuadnya meraih poin empat, sama seperti Madura United yang keluar sebagai juara semifinal trofeo yang berlangsung di Stadion Aji Imbut, Tenggarong, Rabu malam.
Namun, justru Arema yang meraih tiga poin, murni hasil kemenangan melawan Persiba Balikpapan, di waktu normal 45 menit, dinyatakan kalah dengan Madura United, yang memenangi pertandingan dua kali melalui tendangan adu penalti.
"Sejak awal saya menanyakan persoalan ini kepada panitia, namun tidak ada jawaban yang pasti, dan tetap menerapkan aturan sesuai mereka," kata pelatih yang sering disapa Milo.
Ia mengakui bahwa dalam dua kali penampilan para pemainnya sudah bermain bagus, begitu juga dengan lawan yaitu Persiba maupun Madura, keduanya juga bermain bagus dan bisa menyuguhkan pertandingan saling menyerang.
"Saya salut dengan perjuangan para pemain saya, mereka tetap saya anggap memenangi turnamen ini, meski faktanya Madura yang berhak lolos," katanya.
Senada dengan pelatih, Kapten Arema Cronus Hamka Hamzah juga mempertanyakan regulasi pertandingan sistem trofeo yang menurutnya sangat aneh.
Pasalnya, menurut Hamka siapapun tim yang akan melawan Arema, maka bila merasa sudah dalam kualitas permainan mereka akan memilih strategi bertahan, dan berharap keberuntungan melalui adu penalti.
"Menurut saya tidak adil saja, tim kami bisa menang di pertandingan normal, namun nyatanya harus kalah dengan tim lain yang menang melalui adu penalti," tegasnya.
Regulasi pertandingan babak semifinal PGK 2016 dengan sistem trofeo, memberikan nilai 3 untuk tim yang menang di waktu normal 45 menit, sedangkan tim yang kalah dengan tidak dapat poin.
Bila dalam waktu normal 45 menit terjadi kedudukan seimbang, penentuan pemenang ditentukan dengan adu penalti, dan memberikan poin dua bagi tim yang menang dan poin satu untuk tim yang kalah.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
Menurut pelatih asal Bosnia tersebut di Samarinda, Kamis, dari dua kali penampilan skuadnya meraih poin empat, sama seperti Madura United yang keluar sebagai juara semifinal trofeo yang berlangsung di Stadion Aji Imbut, Tenggarong, Rabu malam.
Namun, justru Arema yang meraih tiga poin, murni hasil kemenangan melawan Persiba Balikpapan, di waktu normal 45 menit, dinyatakan kalah dengan Madura United, yang memenangi pertandingan dua kali melalui tendangan adu penalti.
"Sejak awal saya menanyakan persoalan ini kepada panitia, namun tidak ada jawaban yang pasti, dan tetap menerapkan aturan sesuai mereka," kata pelatih yang sering disapa Milo.
Ia mengakui bahwa dalam dua kali penampilan para pemainnya sudah bermain bagus, begitu juga dengan lawan yaitu Persiba maupun Madura, keduanya juga bermain bagus dan bisa menyuguhkan pertandingan saling menyerang.
"Saya salut dengan perjuangan para pemain saya, mereka tetap saya anggap memenangi turnamen ini, meski faktanya Madura yang berhak lolos," katanya.
Senada dengan pelatih, Kapten Arema Cronus Hamka Hamzah juga mempertanyakan regulasi pertandingan sistem trofeo yang menurutnya sangat aneh.
Pasalnya, menurut Hamka siapapun tim yang akan melawan Arema, maka bila merasa sudah dalam kualitas permainan mereka akan memilih strategi bertahan, dan berharap keberuntungan melalui adu penalti.
"Menurut saya tidak adil saja, tim kami bisa menang di pertandingan normal, namun nyatanya harus kalah dengan tim lain yang menang melalui adu penalti," tegasnya.
Regulasi pertandingan babak semifinal PGK 2016 dengan sistem trofeo, memberikan nilai 3 untuk tim yang menang di waktu normal 45 menit, sedangkan tim yang kalah dengan tidak dapat poin.
Bila dalam waktu normal 45 menit terjadi kedudukan seimbang, penentuan pemenang ditentukan dengan adu penalti, dan memberikan poin dua bagi tim yang menang dan poin satu untuk tim yang kalah.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016