Samarinda (ANTARA Kaltim) – Wacana Pemerintah Kota Samarinda membangun hotel berbintang di dekat kawasan Islamic Center Samarinda disambut kontroversi dari masyarakat. Tak sedikit warga menolak pembangunan hotel di lokasi bekas milik PT Inhutani tersebut. Meski ada pula yang setuju, tentu saja bersyarat mutlak, berstandar syariah Islam.

“Pembangunan hotel tersebut membuat warga kuatir merusak citra keislaman.. Meski rencananya hotel itu dibuat sesuai dengan syariat Islam, namun warga tidak yakin itu dapat dijalankan dengan baik,” kata Sapto Setyo Pramono, Anggota Komisi III DPRD Kaltim yang menangani masalah infrastruktur Kaltim ini.

Dilanjutkan Sapto –sapaan akrabnya. Saat ini, selain hotel, rencananya juga akan dibangun pusat perbelanjaan serta taman di wilayah tersebut. Proses pembangunan hotel sendiri sudah masuk tahap kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Namun, tentu saja tetap mengedepankan keinginan dan kepentingan warga Kaltim.

“Sebenarnya, selain hotel lebih baik dibangun pusat pendidikan Islami diwilayah tersebut. Lahan seluas itu akan bisa digunakan untuk membangun madrasah, pondok pesantren, perpustakaan, atau infrastruktur apapun dalam konteks kajian islami,” kata Sapto.

Hal ini demi menjamin, lahan kosong di sisi kanan Masjid Islamic Center benar-benar dibangun pusat pendidikan slam untuk Kaltim. Manfaat juga lebih terlihat bilamana sarana pendidikan itu yang dibangun.

Walalupun pengelola hotel mengklaim konsep syariah, pembangunan hotel di samping tempat ibadah adalah dua hal yang kontradiktif. Sulit dipungkiri, bahwa hotel bisa menjadi tempat maksiat, jika dilanjutkan pembangunannya tentu saja akan menyebabkan masalah di kemudian hari.

“Daripada setelah hotel jadi mendapat masalah dan kecaman dari masyarakat, sebaiknya dikaji ulang sedari dini,” kata legislator Partai Golkar ini. (Humas  DPRD Kaltim/adv)


Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015