Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sebanyak dua menara telekomunikasi di kawasan perbatasan negara, yakni di pulau terluar Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, segera dibangun oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
"Rencana pembangunan menara telekomunikasi di kepulauan terluar Indonesia dimaksudkan agar warga setempat dapat berkomunikasi melalui telepon genggam, pemanfaatan internet, stasiun relay, dan fungsi lainnya," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kaltim Abdullah Sani di Samarinda, Senin.
Dua pulau terluar di Kabupaten Berau yang tidak lama lagi memiliki menara telekomunikasi itu adalah Pulau Maratua dan Sangalaki. Kedua pulau itu berada dalam jajaran Kepulauan Derawan, Kecamatan Derawan.
Menurut Sani, Kemenkominfo telah melakukan studi lokasi di dua pulau tersebut guna menentukan titik yang akan dibangun, sebagai bagian dari penguatan kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia, sehingga kawasan itu ke depan tidak lagi "blank spot" atau tidak memiliki jaringan komunikasi.
"Pembangunan dua menara telekomunikasi ini, selain untuk penyediaan kebutuhan komunikasi penduduk setempat dan wisatawan, dipilihnya Pulau Maratua dan Sangalaki karena merupakan bagian pulau terluar dari NKRI yang harus dijaga keamanannya," ucap dia.
Saat ini, lanjut dia, kawasan perbatasan Kaltim sudah berkurang sejak berdirinya Provinsi Kalimantan Utara, karena dua Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan yang merupakan kawasan perbatasan sudah bergabung ke Kaltara.
Sehingga kawasan perbatasan yang dimiliki oleh Kaltim tinggal dua daerah, yakni Kabupaten Berau dan Kabupaten Mahakam Ulu. Berau berbatasan dengan Malaysia dan Filipina, sedangkan Mahakam Ulu berbatasan dengan Malaysia.
Menurutnya, pembangunan menara telekomunikasi di Pulau Sangalaki yang merupakan tempat konservasi penyu hijau, diyakini dapat memberi manfaat lebih bagi petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitarnya.
Apalagi menara telekomuniasi yang akan dibangun tersebut juga bisa berfungsi sebagai alat bantu siaran TVRI dan RRI, sehingga masyarakat di wilayah perbatasan tidak hanya menonton televisi dan siaran radio dari negara tetangga. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Rencana pembangunan menara telekomunikasi di kepulauan terluar Indonesia dimaksudkan agar warga setempat dapat berkomunikasi melalui telepon genggam, pemanfaatan internet, stasiun relay, dan fungsi lainnya," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kaltim Abdullah Sani di Samarinda, Senin.
Dua pulau terluar di Kabupaten Berau yang tidak lama lagi memiliki menara telekomunikasi itu adalah Pulau Maratua dan Sangalaki. Kedua pulau itu berada dalam jajaran Kepulauan Derawan, Kecamatan Derawan.
Menurut Sani, Kemenkominfo telah melakukan studi lokasi di dua pulau tersebut guna menentukan titik yang akan dibangun, sebagai bagian dari penguatan kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia, sehingga kawasan itu ke depan tidak lagi "blank spot" atau tidak memiliki jaringan komunikasi.
"Pembangunan dua menara telekomunikasi ini, selain untuk penyediaan kebutuhan komunikasi penduduk setempat dan wisatawan, dipilihnya Pulau Maratua dan Sangalaki karena merupakan bagian pulau terluar dari NKRI yang harus dijaga keamanannya," ucap dia.
Saat ini, lanjut dia, kawasan perbatasan Kaltim sudah berkurang sejak berdirinya Provinsi Kalimantan Utara, karena dua Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan yang merupakan kawasan perbatasan sudah bergabung ke Kaltara.
Sehingga kawasan perbatasan yang dimiliki oleh Kaltim tinggal dua daerah, yakni Kabupaten Berau dan Kabupaten Mahakam Ulu. Berau berbatasan dengan Malaysia dan Filipina, sedangkan Mahakam Ulu berbatasan dengan Malaysia.
Menurutnya, pembangunan menara telekomunikasi di Pulau Sangalaki yang merupakan tempat konservasi penyu hijau, diyakini dapat memberi manfaat lebih bagi petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitarnya.
Apalagi menara telekomuniasi yang akan dibangun tersebut juga bisa berfungsi sebagai alat bantu siaran TVRI dan RRI, sehingga masyarakat di wilayah perbatasan tidak hanya menonton televisi dan siaran radio dari negara tetangga. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015