Bontang (ANTARA Kaltim) - Sedikitnya 60 petani rumput laut di Kampung Melahing, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur, berharap mendapatkan kompensasi dari kegagalan panen yang mereka lakukan akibat tanaman mati diduga tercemar karung bekas pupuk amoniak.
Ketua Kelompok Tani Rumput Laut Kampung Melahing, Nasir Lakada, ketika dihubungi di Bontang, Jumat, mengatakan lebih kurang 20 hektare areal budidaya rumput laut terkena dampak pencemaran dan tanamannya mati, sehingga petani menderita kerugian ratusan juta rupiah.
"Total kerugian akibat gagal panen itu diperkirakan mencapai Rp150 juta. Saat ini petani kesulitan untuk membeli bibit rumput laut, karena tidak memiliki modal," katanya.
Menurut Nasir, hingga kini belum ada penanganan lebih lanjut dari Badan Lingkungan Hidup serta Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian (DPKP) Kota Bontang terkait hasil temuan karung bekas pupuk amoniak di areal budidaya rumput laut di Kampung Melahing tersebut.
"BLH sudah mengambil contoh karung bekas pupuk dan tanaman rumput laut yang mati untuk diteliti di laboratorium, tetapi hingga kini kami belum mendapatkan laporan soal hasilnya," tambah Nasir.
Diduga karung bekas pupuk amoniak itu milik PT Pupuk Kaltim yang pabriknya ada di Bontang, tetapi sampai saat ini petani rumput laut masih menunggu kepastian hasil penelitian dan uji laboratorium.
"Yang jelas, sekarang kami hanya mengandalkan hasil laut untuk menyambung hidup, seperti memancing, karena untuk beli bibit rumput laut belum bisa," ujar Nasir.
Kepala BLH Kota Bontang Agus Amir belum berhasil dikonfirmasi terkait penanganan pencemaran dan uji laboratorium karung pupuk tersebut.
Sementara itu, Kepala Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Pupuk Kaltim Adhi Danata ketika dikonfirmasi terpisah, membantah karung bekas pupuk itu sebagai penyebab terjadinya pencemaran di perairan Melahing dan membuat tanaman rumput laut mati.
Menurut ia, pupuk tidak berpotensi merusak tanaman rumput laut, apalagi jika terkena air juga langsung habis terbawa arus dan mencair.
"Kami sudah memberikan pemahaman soal ini kepada para petani rumput laut dan bukan kewenangan kami untuk memberikan kompensasi akibat gagal panen," katanya.
Adhi menambahkan perlu ada penyelidikan dan penelitian dari instansi terkait untuk memastikan penyebab matinya tanaman rumput laut tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
Ketua Kelompok Tani Rumput Laut Kampung Melahing, Nasir Lakada, ketika dihubungi di Bontang, Jumat, mengatakan lebih kurang 20 hektare areal budidaya rumput laut terkena dampak pencemaran dan tanamannya mati, sehingga petani menderita kerugian ratusan juta rupiah.
"Total kerugian akibat gagal panen itu diperkirakan mencapai Rp150 juta. Saat ini petani kesulitan untuk membeli bibit rumput laut, karena tidak memiliki modal," katanya.
Menurut Nasir, hingga kini belum ada penanganan lebih lanjut dari Badan Lingkungan Hidup serta Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian (DPKP) Kota Bontang terkait hasil temuan karung bekas pupuk amoniak di areal budidaya rumput laut di Kampung Melahing tersebut.
"BLH sudah mengambil contoh karung bekas pupuk dan tanaman rumput laut yang mati untuk diteliti di laboratorium, tetapi hingga kini kami belum mendapatkan laporan soal hasilnya," tambah Nasir.
Diduga karung bekas pupuk amoniak itu milik PT Pupuk Kaltim yang pabriknya ada di Bontang, tetapi sampai saat ini petani rumput laut masih menunggu kepastian hasil penelitian dan uji laboratorium.
"Yang jelas, sekarang kami hanya mengandalkan hasil laut untuk menyambung hidup, seperti memancing, karena untuk beli bibit rumput laut belum bisa," ujar Nasir.
Kepala BLH Kota Bontang Agus Amir belum berhasil dikonfirmasi terkait penanganan pencemaran dan uji laboratorium karung pupuk tersebut.
Sementara itu, Kepala Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Pupuk Kaltim Adhi Danata ketika dikonfirmasi terpisah, membantah karung bekas pupuk itu sebagai penyebab terjadinya pencemaran di perairan Melahing dan membuat tanaman rumput laut mati.
Menurut ia, pupuk tidak berpotensi merusak tanaman rumput laut, apalagi jika terkena air juga langsung habis terbawa arus dan mencair.
"Kami sudah memberikan pemahaman soal ini kepada para petani rumput laut dan bukan kewenangan kami untuk memberikan kompensasi akibat gagal panen," katanya.
Adhi menambahkan perlu ada penyelidikan dan penelitian dari instansi terkait untuk memastikan penyebab matinya tanaman rumput laut tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015