Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Total E&P Indonesie mempekerjakan sekitar 18.000 orang dalam sejumlah proyek ladang minyak dan gas di Blok Mahakam, yang berada di Delta Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan sejumlah titik di Selat Makassar.

"Dalam setahun kami menghabiskan 45 juta jam kerja," kata Presiden Direktur Total Indonesie Hardy Pramono di Balikpapan, Selasa.

Pramono berbicara di depan para kontraktor Total Indonesie dalam Forum Komunikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Perlindungan Lingkungan (K3PL) atau Health Safety and Environment.

Sebanyak 500 orang perwakilan dari 250 mitra kerja atau kontraktor Total Indonesia hadir di Ballroom Borneo Hotel Novotel. Ke-18.000 pekerja tersebut sebagian besarnya para karyawan dari mitra-mitra tersebut.

Forum ini adalah wadah untuk saling mengingatkan bahwa keselamatan adalah segala-galanya dalam bisnis pertambangan minyak dan gas yang penuh risiko.

Tahun 2014, dalam operasi Total di Blok Mahakam, terjadi sembilan kali LTI (Long Term Incident) atau kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan jam kerja. Satu dari kecelakaan tersebut adalah peristiwa serangan buaya di Delta Mahakam kepada kru yang sedang melakukan uji seismik.

"Beruntung kami sudah menyiapkan diri dengan mengajak pawang buaya bersama tim, sehingga tidak sampai ada korban," tutur Pramono.

Hal-hal seperti itu, jelas Pramono, adalah kearifan lokal setempat yang dihormati dan dihargai oleh Total Indonesie.

Pada tahun 2014, Total Indonesie membuat batasan kehilangan jam kerja maksimal 0,2 persen dari seluruh jam kerja yang tercipta. Peristiwa sembilan LTI itu masih di bawah angka tersebut bila dihitung dari 45 juta jam kerja yang tercipta.

Saat ini, Total Indonesie menghasilkan 1,67 miliar kaki kubik gas per hari dan 69.000 barel minyak per hari dari Blok Mahakam.

Menurut Pramono, perusahaannya masih mengebor hingga 100 sumur per tahun untuk mempertahankan tingkat produksi dan melawan penurunan alami setiap cadangan.

"Dengan segala upaya, yang ditunjukkan jam kerja itu, kita bisa tahan penurunannya sampai 5-6 persen per tahun," sebutnya.    (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015