Samarinda (ANTARA Kaltim) -  World Wide Fund for Nature (WWF), sebuah organisasi internasional yang menangani masalah konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan, meminta polisi segera mengusut tuntas kasus dugaan penganiayaan `pongo pygmeaus morio" atau Orangutan Kalimantan.

"Kami meminta polisi agar segera mengusut tuntas dugaan penganiayaan orangutan tersebut. Jangan sampai menunggu orangutan mati, seperti pada kasus pembantaian orangutan di Desa Puan Cepak, Kutai Kartanegara," ungkap Koordinator WWF Indonesia, Kalimantan Timur, Wiwin Effendy, dihubungi dari Samarinda, Kamis.

Walaupun tidak mengikuti perkembangan kasus penemuan orangutan terluka di Desa Sepaso Selatan, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur itu, namun WWF kata Wiwin Effendy tetap memberi perhatian serius pada kasus tersebut.

"Walaupun saya tidak mengikuti perkembangan terkait ditemukannya orangutan terluka itu, namun kami (WWF) tetap mendorong pihak kepolisian agar segera mengusut kasus tersebut," kata Wiwin Effendy.

WWF juga lanjut Wiwin Effendy memnta agar kepolisian dan BKSDA bekerja sama dalam pengusutan kasus dugaan penganiayaan orangutan tersebut, untuk mengungkap apakah kasus itu ada keterlibatan manusia.

"Memang, belum bisa dipastikan apakah ada keterlibatan pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit dalm kasus ini sehingga jika ini terindikasi ada keterlibatan perusahaan maka perusahaan terrsebut dapat ditindak seperti yang diatur dalam peraturan Menteri Pertanian Nomor 19 tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian sustainable palm oil/ISPO," katanya.

"Pada prinsipnya, setiap kebun sawit wajib melindungi keanegaragaman hayati, termasuk orangutan," ungkap Wiwin Effendy.

Sebelumnya, Peneliti Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawaran (Unmul) Samarinda, Dr Yaya Rayadin juga mendesak kepolisian serius mengusut kasus penganiayaan Orangutan Kalimantan tersebut

"Kalau aparat mau serius menelusuri, saya rasa itu tidak sulit sebab objeknya ada yakni orangutan yang terluka serta ada petugas medis yang pertama kali menangani, termasuk warga yang pertama kali menemukan," ungkap Yaya Rayadin, Rabu.

Doktor Ekologi dan Konservasi Satwa Liar itu mengatakan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), kepolisian dan Balai Taman Nasional Kutai (TNK) harus berkoordinasi untuk mengungkap kasus orangutan terluka tersebut.

"Untuk mengetahui indikasi orangutan terluka itu mengalami kekerasan, tidak sulit karena bisa menghubungi BKSDA serta ada petugas medis yang pertama kali menangani dan dari situ bisa diungkap pelakunya. Ini harus tetap diusut tuntas dan tidak bisa jika orangutan itu sembuh lalu kasusnya ditutup," kata Yaya Rayadin.

Dosen Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda itu mengaku tertarik mengikuti kasus itu karena orangutan terluka tersebut ditangani paramedis dan sembuh.

"Dengan adanya kasus ini dan keseriusan menanganinya diharapkan pelanggaran terhadap satwa bisa dikurangi dan semua pihak harus serius melakukan perlindungan terhadap satwa langka," ungkap Yaya Rayadin.

Sementara, dokter hewan dari Centre for Orangutan Protection (COP) drh Imam Arifin mengatakan, terdapat 16 luka di tubuh orangutan yang telah diberi nama May itu, baik luka baru maupun lama.

"Dari hasil pemeriksaan kami, terdapat 16 luka di tubuh May, termasuk luka seperti bekas sayatan benda tajam sepanjang enam sentimeter di bagian punggung dan luka bagian mulut yang diduga disebabkan benda tumpul. Jadi, dari hasil pemeriksaan kami, May mengalami beberapa kali serangan dan diduga ada intervensi manusia pada luka tersebut," kata Imam Arifin.

Di pergelangan tangan May lanjut Imam Arifin juga ditemukan bekas jeratan tali.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kutai Timur Ajun Komisaris Danang Setyo mengatakan, orangutan terluka itu ditemukan tidak dalam kondisi terikat.

"Orangutan itu ditemukan di jalan menuju ke kawasan kebun sawit warga dan tidak dalam kondisi terikat. Memang, di sekitar kebut sawit masyarakat juga terdapat perkebunan sawit milik perusahaan. Ketika diamankan itulah baru diketahui kalau orangutan itu terluka. Namun, luka-luka itu belum tentu disebabkan oleh penyiksaan," katanya. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014