Samarinda (ANTARA Kaltim) - Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Gamalis, mengungkapkan, hingga saat ini masih banyak rumah masyakarat di Kutai Timur (Kutim) belum memiliki jaringan listrik ataupun terkendala dengan pasokan listrik yang belum seimbang; siang hari padam dan malam hari baru menyala.

“Siapapun paham, listrik merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Dan itu ada;lah hak mereka. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur maupun Pemerintah Provinsi Kaltim harus lebih berupaya agar distribusi listrik bisa lebih merata.

Apalagi dengan dukungan listrik memadai pembangunan perekonomian di kutim, bisa lebih meningkat dan berkualitas. Keluhan akan terganggu dan terhambatnya aktifitas ekonomi karena minimnya dukungan listrik sudah begitu banyak kami terima,” ucap Gamalis.

Politikus PPP ini menyampaikan, masalah listrik tak bisa dibebankan sepenuhnya ke PLN. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga wajib memikirkan solusi terbaik demi kepentingan warganya.
“MAsalah ini tergantung serius atau tidak pemerintah menyelesaikan krisis listrik di Kaltim. Sebab tidak hanya Kutai Timur saja yang mengalami krisis listrik, banyak daerah lain di Kaltim yang mengalami masalah sama,” ungkapnya.

Padahal, Sebut Gamalis, Kutim merupakan penghasil batu bara terbesar nasional atau terbesar di dunia untuk katagori tambang terbuka (open pit mine), maka rasanya tidak mungkin daerah itu mengalami krisis energi listrik dengan penghasilan yang begitu tinggi.

“Faktanya demikian, daerah itu masih mengalami krisis energi listrik. Pemadaman bergilir (byar pet) bukan hal yang aneh bagi warga Kutim. Bahkan mereka sudah terbiasa,” sebutnya.
 
Ironisnya, dibalik prestasi pertambangan yang menghasilkan rupiah dalam jumlah sangat besar itu, ada fakta menyedihkan, sudah puluhan tahun, enam dari delapan desa di Kecamatan Rantau Pulung sampai kini belum menikmati aliran listrik. Ribuan warga di enam desa itu mau tak mau hanya disinari oleh lampu templok untuk semua aktifitas malamnya.

“Tidak adanya aliran listrik jelas sangat menghambat upaya mereka meningkatkan taraf hidup. Termasuk bagi pendidikan anak-anak mereka karena belajar dalam suasana gelap. Akibatnya mereka jadi enggan mengulang pelajarannya di rumah,” sesalnya. (Humas Prov Kaltim/Lin.dhi)




Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014