Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Bank Indonesia Kantor Perwakilan Balikpapan, Kalimantan Timur menilai program rumah pangan lestasri (RPL) melihat program rumah pangan lestari (RPL) yang dikembangan pemerintah kota setempat meski perlahan namun secara pasti dapat menahan laju inflasi.

"RPL adalah program menanam sendiri sejumlah komoditas di rumah. Dalam dua tahun terakhir terus digalakkan penanaman cabagi secara organik," Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Mawardi H Ritonga di Balikpapan, Kamis.

Ia mengatakan, terkait dengan program RPL tersebut BI membantu menyediakan bibit, pupuk, hingga membiayai pelatihan warga yang berminat dan membantu pengembangan peternakan lele serta pengembangan tanaman bawang merah.

"Kami berikan dukungan ini untuk menekan laju inflasi yang berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat," katanya.

Februari lalu, kata dia, inflasi Balikpapan mencapai 7,3 persen. Usaha semua pihak yang dikoordinasikan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dianggap sukses karena tahun lalu pada periode yang sama inflasi di "Kota Minyak" mencapai 8,5 persen.

Mawardi yakin untuk April 2014 ini inflasi tidak akan bertambah sampai 0,1 persen.

Cabai adalah komoditas yang menjadi penyumbang inflasi, terutama karena 60 persen kebutuhan cabai didatangkan dari luar Balikpapan, khususnya dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Harga cabai pada kondisi paling ekstrem, bisa mencapai Rp150 ribu per kg, sementara harga wajarnya berkisar Rp15-16 ribu per kg. Saat ini di pasar-pasar Balikpapan, berdasar data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), sedang pada harga Rp60 ribu setelah mencapai Rp90 ribu pekan lalu.

"Kalau masyarakat bisa menanam cabai untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, tentu tidak lagi menyebabkan angka permintaan (demand) yang luar biasa terhadap pasar," kata Mawardi.

Ia mengatakan, memproduksi sendiri juga menghilangkan ketergantungan kepada cuaca dan transportasi. Kerap harga menjulang karena pasokan dari Sulawesi atau Jawa Timur tersendat karena kapal pembawa cabai tidak bisa merapat lantaran gelombang tinggi.

Dia mengatakan, bencana alam seperti meletusnya Gunung Kelud yang merusak sejumlah lahan pertanian, termasuk tanaman cabai, juga menyebabkan harga komoditas itu langsung melonjak di Balikpapan.

"Karena itu mari menanam sendiri, yang tidak punya lahan bisa menanam di pot," katanya. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014