Panajam (ANTARA Kaltim) -  Produksi padi petani di Desa Sidorejo, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur menurun, karena gabah yang dihasilkan tidak berisi akibat serangan hama wereng dan tikus yang berdampak pada kerusakan tanaman padi.

"Penurunan produksi padi tahun ini mencapai sekitar 30 hingga 40 persen, karena tanaman padi terus menerus diserang wereng dan tikus selama dua bulan terakhir," kata Rusyati, seorang petani Desa Sidorejo, Selasa.

Ia mengatakan, sebagian areal persawahan siap panen, dibiarkan oleh pemiliknya karena sebagian besar tanaman padi rusak dan banyak yang tidak berisi, karena saat tanaman mulai berbunga sering terendam banjir dan diperparah dengan serangan hama wereng dan tikus.

"Dari puluhan hektare sawah yang saya panen sekitar 30-40 persen mengalami kerusakan, sisanya banyak juga yang dimakan ulat. Kondisi ini terjadi hampir di semua areal persawahan di Desa Sidorejo," ujarnya.

Di sisi lain petani di Desa Sidorejo sebagian petani menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan produksi padi dan sayur-sayuran

Wahyu Eko, petani lainnya di Desa Sidorejo mengatakan, dengan menggunakan pupuk organik mampu meningkatkan produksi padi lebih tinggi dibandingkan menggunakan pupuk non organik.

Dia mengatakan, penggunaan pupuk organik ini sudah diuji coba di beberapa areal persawahan. Penggunaan pupuk ini, untuk setiap hektare menghabiskan 2 ton pupuk organik.

"Untuk sementara kami masih menggunakan 80 persen pupuk organik dan 20 persen pupuk non organik, secara bertahap nanti seluruhnya akan menggunakan pupuk organik," kata dia.

Menurut Wahyu Eko, setelah melakukan uji coba ternyata produksi padi meningkat dibandingkan menggunakan pupuk non organik. Bila sebelumnya untuk setiap hektare tanaman padi hanya mampu memproduksi 5 ton, namun sejak menggunakan pupuk organik produksinya mencapai 5,5 ton.

"Untuk pertama kali menggunakan pupuk organik ini, dibutuhkan 2 ton untuk 1 hektare sawah," katanya.

Wahyu Eko mengatakan, saat ini masih sedikit petani yang mau menggunakan pupuk organik, masih banyak menggunakan pupuk non organik. Padahal selain produksi yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan pupuk non organik, juga biaya yang dikeluarkan lebih murah.

"Biasanya setiap hektare menghabiskan Rp6 juta, dengan menggunakan pupuk organik hanya menghabiskan Rp4 juta atau bisa menghemat Rp 2 juta per hektare," katanya.(*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014