Pakar Hubungan Internasional Universitas Mataram (Unram), Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Putrawandi Karjaya menyebut konflik Israel-Palestina akan berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia, seperti melonjaknya utang luar negeri.
"Indonesia pasti akan terdampak secara tidak langsung karena dari segi ekonomi politik global sudah semakin kacau, inflasi akan tinggi, berimbas pada dolar AS yang meninggi," kata Lalu Putrawandi Karjaya, di Mataram, Senin.
Otomatis utang Indonesia yang tadi dolar AS-nya di angka yang lebih rendah, karena terjadi inflasi, akan semakin tinggi, katanya pula.
Perhitungannya itu bukan tanpa dasar, pasalnya dia menilai pastinya akan ada negara-negara yang terlibat dalam konflik yang terjadi, termasuk Iran.
Masuknya Iran, kata dia, akan berdampak langsung terhadap harga minyak global yang akan semakin tinggi, mengingat 60 persen pasokan minyak global berasal dari Timur Tengah.
"Dengan masuknya Iran, maka selat yang menjadi jalur pasokan transportasi minyak ke Eropa rencananya akan ditutup. Hal ini tentunya akan menimbulkan biaya yang lebih besar dan tinggi untuk pasokan minyak lewat jalur yang berbeda," katanya lagi.
Harga minyak yang naik, ujar dia, akan berpengaruh terhadap inflasi yang berimbas pada kenaikan suku bunga hingga ekuitas keuangan dunia, dimana kemudian orang sentimennya bukan lagi ke industri minyak saja, tapi akan lebih memilih emas dan ekuitas dolar.
"Ini akan menjadi pertimbangan bagi pengusaha maupun perusahaan multinasional untuk lebih aman lagi dengan membeli emas dan dolar Amerika yang akan menguatkan posisi emas dan dollar itu," katanya pula.
Implikasinya sangat jelas bagi negara-negara yang menggunakan dolar AS sebagai acuan dari mata uangnya dalam berutang luar negeri. Utangnya akan meningkat, inflasi terjadi besar-besaran termasuk bagi Indonesia yang menggunakan dolar untuk berutang di World Bank maupun IMF, katanya.
Dia mencontohkan dalam beberapa minggu terakhir saja, harga emas naik di angka 1,6 persen dan dolar AS menguat di angka Rp16 ribu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023
"Indonesia pasti akan terdampak secara tidak langsung karena dari segi ekonomi politik global sudah semakin kacau, inflasi akan tinggi, berimbas pada dolar AS yang meninggi," kata Lalu Putrawandi Karjaya, di Mataram, Senin.
Otomatis utang Indonesia yang tadi dolar AS-nya di angka yang lebih rendah, karena terjadi inflasi, akan semakin tinggi, katanya pula.
Perhitungannya itu bukan tanpa dasar, pasalnya dia menilai pastinya akan ada negara-negara yang terlibat dalam konflik yang terjadi, termasuk Iran.
Masuknya Iran, kata dia, akan berdampak langsung terhadap harga minyak global yang akan semakin tinggi, mengingat 60 persen pasokan minyak global berasal dari Timur Tengah.
"Dengan masuknya Iran, maka selat yang menjadi jalur pasokan transportasi minyak ke Eropa rencananya akan ditutup. Hal ini tentunya akan menimbulkan biaya yang lebih besar dan tinggi untuk pasokan minyak lewat jalur yang berbeda," katanya lagi.
Harga minyak yang naik, ujar dia, akan berpengaruh terhadap inflasi yang berimbas pada kenaikan suku bunga hingga ekuitas keuangan dunia, dimana kemudian orang sentimennya bukan lagi ke industri minyak saja, tapi akan lebih memilih emas dan ekuitas dolar.
"Ini akan menjadi pertimbangan bagi pengusaha maupun perusahaan multinasional untuk lebih aman lagi dengan membeli emas dan dolar Amerika yang akan menguatkan posisi emas dan dollar itu," katanya pula.
Implikasinya sangat jelas bagi negara-negara yang menggunakan dolar AS sebagai acuan dari mata uangnya dalam berutang luar negeri. Utangnya akan meningkat, inflasi terjadi besar-besaran termasuk bagi Indonesia yang menggunakan dolar untuk berutang di World Bank maupun IMF, katanya.
Dia mencontohkan dalam beberapa minggu terakhir saja, harga emas naik di angka 1,6 persen dan dolar AS menguat di angka Rp16 ribu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023