Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pemprov Kaltim bertekad pada periode lima tahun ke depan 2013-2018 mampu mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat dengan cara mengembangkan agroindustri dan energi ramah lingkungan.

“Ke depan pertumbuhan Kaltim bukan lagi pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, tetapi sumber daya yang dapat diperbaharui, yakni dengan memanfaatkan potensi perkebunan dan pertanian dalam arti luas. Artinya, melalui pemanfaatan itu, daerah lebih mengarah pada pengembangan agroindustri dan didukung dengan energi ramah lingkungan,” kata Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kaltim penyusunan RPJMD 2013-2018 di Pendopo Lamin Etam, Selasa (18/3).

Keberhasilan pembangunan daerah yang bisa dirasakan masyarakat saat ini, tidak berarti bahwa masalah pembangunan akan menyusut. Justru sebaliknya, lingkungan persaingan, tantangan masyarakat sebagai subyek maupun obyek pembangunan akan terasa semakin tinggi.

Jika salah mengambil keputusan maupun kebijakan dalam memetakan dan memosisikan diri, maka Kaltim hanya akan menjadi sejarah yang kemudian menghilang dari persaingan pembangunan baik di pentas regional, nasional, maupun pentas global.

“Karena itu, penting untuk segenap komponen dan pemangku kepentingan mendiskusikan kembali apa dan bagaimana wajah Kaltim masa kini dan yang akan datang, lalu merangkaikannya dalam sistem perencanaan pembangunan secara baik, kredibel, dan efisien. Tentunya, dengan cara mengandalkan potensi yang ada di daerah, yakni mengembangkan agroindustri dan energi ramah lingkungan,” kata gubernur.

Mewujudkan hal itu dapat dilakukan dengan mendata berbagai potensi besar yang dimiliki oleh Kaltim untuk dikembangkan demi meningkatkan pembangunan di masa yang akan datang. Dengan cara dijaring melalui pendekatan sektoral dan kewilayahan serta melibatkan partisipasi aktif dari pemangku kepentingan di Kaltim.

Dalam rangka meningkatkan sinergitas, sinkronisasi, dan integrasi segenap potensi di Kaltim, maka dibutuhkan sebuah rencana yang secara komprehensif dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Meski begitu, penyelesaian masalah pokok pertumbuhan ekonomi yang rendah dan masih fluktuatif dapat dipecahkan dengan memperhatikan masalah utama, yaitu penurunan tingkat kemiskinan yang berjalan lambat, tingginya tingkat pengangguran, belum merata pendapatan masyarakat.

Selain itu juga  tinggi inflasi, pertumbuhan ekonomi yang berjalan lambat, belum optimal pemanfaatan SDA terbarukan, belum terpenuhi kebutuhan pangan, belum optimal pengembangan energi baru terbarukan dalam pemenuhan energi terutama energi yang ramah lingkungan, rendahnya nilai tambah produk-produk unggulan daerah dan belum terpenuhi kebutuhan infrastruktur berkualitas dan merata.

“Pengembangan infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan secara keseluruhan. Mengingat dampaknya yang hampir mempengaruhi indikator kunci keberhasilan pembangunan dasar, baik pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi,” jelasnya.

Menurut dia, pembangunan infrastruktur yang berkualitas dengan kapasitas yang memadai dan merata merupakan faktor yang penting untuk mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi.

Karena itu, dibutuhkan jaringan infrastruktur yang efektif guna meningkatkan keterkaitan sektor primer berbasis pertanian dengan sektor industri pendukung, melalui kluster dan pengembangan kawasan berdasarkan potensi dan unggulan komoditas daerah.

“Kualitas dan kapasitas infrastruktur yang memadai akan memperlancar konektivitas, menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Yang jelas, laju pertumbuhan ekonomi Kaltim dalam perekonomian wilayah Kalimantan meningkat dari 3,17 pada 2005 meningkat menjadi 3,98 persen pada 2012,” jelasnya. (Humas Prov Kaltim/jay)

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014