Samarinda ( ANTARA Kaltim)  - Film 12 Menit Untuk Selamanya ini mengisahkan semangat berlatih dan kesetiakawanan dalam mencapai impian yang mengambil lokasi shoting di Kota Bontang, Kalimantan Timur.

 Tekad hati terpancar dalam beberapa tokoh utama yang bermain di dalam film 12 Menit Untuk Selamanya. Salah satunya adalah Rene yang diperankan Titi Rajo Bintang adalah seorang pelatih Marching Band Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Bontang.

 Rene memiliki 130 anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Selain masalah yang harus dihadapi Rene dalam mencari anggota karena sempat terjadi kekurangan, maka dilakukan seleksi untuk mencari anggota di luar seleksi.

 Salah satunya Elaine Higoshi anak keturunan Jepang dari Jakarta yang merupakan kota besar, kemudian bersama keluarga harus mengikuti papanya bernama Josuke Higoshi yang bertugas di PKT Bontang.

 Kesedihan terlihat di wajah Elaine saat tiba menginjakan kakinya di Bontang, dimana suasana kota Bontang sangat jauh berbeda dengan Jakarta.Sampai akhirnya diketahui adanya marching band milik PKT.

Namun jalan Elaine tidaklah mulus, papanya yang lebih menginginkan anaknya menjadi seorang ilmuwan dan fokus pada pelajaran sekolah. Dan syarat lebih mengutamakan pelajaran serta jam pulang usai latihan pun ditetapkan Josuke Higoshi yang diperankan oleh Nobuyuki Suzuki.

Sedangkan anggota lain di marching band tersebut adalah Lahang pemain kuarto dalam grup tersebut. Namun anak laki-laki Dayak ini harus bertarung antara latihan dan merawat ayahnya yang sedang sakit keras.� Tokoh Lahang yang diperankan oleh Hudri memperlihatkan perjuangan seorang anak terhadap bapaknya yang mengalami sakit berat.

Sebagai orang yang masih memegang adat suku Dayak, Lahang mengusulkan bapaknya untuk mengikuti upacara Belian yaitu untuk pengobatan. Lain pula tokoh Tara yang diperankan oleh Sekar Arumwangi yang mengalami trauma berat karena ayahnya tewas kecelakaan mengemudi mobil saat mengantarkannya latihan marching band. Akibat kecelakaan tersebut Tara bukan saja kehilangan ayahnya, tapi juga mengalami gangguan pada pendengarannya.

 Sementara itu, ibunya melanjutkan kuliah ke Inggris dan Tara dititipkan kepada oma dan opanya di Bontang. Hal tersebut membuat Tara merasa dibuang oleh ibunya.



Bertiga dipertemukan

Konflik di film mulai terjadi manakala Rene melakukan seleksi karena kurangnya anggota dalam marching band tersebut.Tara dan Elaine lolos, Rene menemukan Tara saat memukul-mukul kumpulan barang seperti galon air di pinggir sungai.

 Cara melatih Rene yang sangat disiplin sempat membuat Tara ke luar dari anggota marching band PKT. Tara yang memegang posisi sebagai drummer, beberapa kali membuat kesalahan yang dirasakan Rene mengeluarkan nada sumbang pukulannya.Keluarnya Tara membuat Rene panik, ditambah Lahang yang tidak masuk latihan dan akhirnya disusul ke tempat tinggalnya yang cukup jauh.

Situasi semakin pelik manakala Roni pada posisi field commander grup marching band PKT Bontang mengalami kecelakaan dan harus menggunakan kursi roda usai menjalani operasi.

Elaine akhirnya mengantikan posisi sebagai field commander. Namun belakangan terjadi masalah, dimana Elaine oleh dipilih untuk mengikuti olimpiade fisika mewakili sekolahnya. Dan dia akhirnya memilih tetap untuk mengikuti latihan marching band mengundurkan diri dari olimpiade fisika.

Betapa marahnya Josuke begitu mengetahui Elaine mengundurkan diri dari olimpiade fisika dan lebih mengikuti latihan untuk persiapan Grand Prix Marching Band (GPMB) di Jakarta. Papa Elaine langsung melarang anaknya untuk latihan marching band.

 Tekad Elaine yang keras pun terlihat saat akan dilakukan pelepasan grup marching band oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang dan perusahaan PKT. Elaine tiba-tiba muncul lengkap dengan pakaian field commander dan langsung memimpin. Josuke semakin marah melihat Elaine melanggar larangannya, dan Elaine tetap meminta ijin untuk mengikuti GPMB di Jakarta namun dengan tegas papanya melarang.

Akhirnya, Josuke pun luluh hatinya dan mengijinkan Elaine untuk mengikuti GPMB di Jakarta. Permasalahan tidak lantas selesai, saat tiba di Jakarta menjelang pertandingan ada kabar dari Bontang yang mengabarkan bapaknya Lahang meninggal.

 Film 12 Menit Untuk Selamanya ini banyak mengisahkan polemik untuk memilih serta nilai kesetiakawanan dan perjuangan dalam mencapai cita-cita dan impian. Kota Bontang diperlihatkan sebagai kota industri dimana PKT melakukan kegiatannya terlihat jelas. Serta menampilkan budaya Dayak dengan upacara Belian.

 Hal ini memperlihatkan tetap terpeliharanya adat di kawasan tersebut. Suasana latihan marching band sangat kenal terlihat di film ini. Film yang disutradarai oleh Hanny R Saputra ini diramaikan oleh beberapa artis diantaranya Verdi Solaiman, Amanda Sutanto, Didi Petet, Niniek L. Karim, Arum Sekarwangi, Nobuyuki Suzuki, Hudri, Olga Lydia dan Egy Fedly.(*)


Pewarta: Oleh Susylo Asmalyah

Editor : Susi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014