Penerima Hadiah Kalpataru Tingkat Provinsi Kalimantan Timur Brigadir Kepala (Bripka) Taufik Ismail yang sehari-hari berdinas di Direktorat Polisi Perairan Polda Kaltim bertutur mengenai menjaga pohon-pohon dan kawasan mangrove, terutama di wilayah pesisir Kota Balikpapan.
Kalau untuk kawasan, seperti Pantai Lamaru, pohon-pohon mangrove berfungsi utama menahan gelombang laut dan mencegah abrasi pantai.
Pantai Lamaru berjarak 27 km utara pusat Kota Minyak di Klandasan, Sebelah selatannya adalah Pantai Manggar, pantai objek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat.
Pantai Manggar memiliki Sungai Manggar yang memiliki kawasan mangrove subur, terutama di bagian baratnya. Di Sungai Manggar, mangrove juga menjadi ekosistem tempat ikan dan kepiting memijah, bertelur, dan berkembang biak.
Di pucuk-pucuknya, mangrove juga menjadi kawasan hidup berbagai jenis burung. Pada barisan pohon genus Avicennia di Kalimantan, bisa didapati bekantan atau Nasalis larvatus serta monyet berwarna oranye dengan hidung yang khas.
Karena ada banyak satwa itu, akhirnya mangrove juga jadi tempat wisata. Orang dapat datang ke kawasan mangrove untuk menikmati hawa segar hutan dan angin laut, melihat bekantan dan burung-burung, kepiting, mungkin juga buaya, dan setelahnya makan ikan bakar. Pulang pun kembali segar dan penuh semangat.
Karena itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, setiap tahun merehabilitasi beberapa titik kawasan mangrove di kota itu.
Apalagi garis pantai Balikpapan ada yang rawan terkikis abrasi. Masih di kawasan Lamaru, ada pantai yang menjadi halaman belakang SMKN 5. Pihak sekolah untuk sementara menebar ban-ban bekas agar pasir pantai tak habis dibawa arus ke tengah laut.
Bahkan, pada 2016, sebuah rumah warga di Jalan Rekreasi III di Manggar terhanyut ke laut dengan fondasinya bergeser diseret gelombang. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kasus yang terjadi pukul 04:00 dini hari itu.
Di sepanjang pantai kawasan Staal Kuda hingga markas Brimob Polda Kaltim, sejumlah perusahaan yang ada di situ dahulu sempat memasang pemecah gelombang dari beton, sampai akhirnya mereka semua direlokasi ke utara, ke Karang Joang atau ke Batakan-Manggar.
Pada pertengahan pekan lalu, Bripka Taufik juga memimpin penanaman mangrove di Pantai Lamaru, di ujung timur pantai wisata.
Bripka Taufik menanam mangrove jenis bakau atau Rhizopora mucronata bersama dengan relawan dari Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi) bersama DLH Kota Balikpapan. Mereka menanam 200 bibit di pantai itu.
Bagi PPLi, mangrove adalah garda terdepan menahan abrasi dan mengurangi dampak pencemaran di kawasan pesisir pantai. Dari banyak penelitian, diketahui mangrove jenis api-api atau Avicennia bisa menyerap pencemaran logam, seperti Cu (cuprum, tembaga) hingga 15 part per million (ppm) di akar dan batangnya.
Barisan mangrove juga menyerap logam-logam berat lainnya, seperti timbal (Pb), nikel (Ni), kadmium (Cd), juga seng (Zn, zincum) dan besi (Fe, ferrum). Logam-logam ini ada di perairan, antara lain karena adanya industri galangan kapal. Cu bisa berasal dari cat kapal. Logam berat bisa juga masuk perairan sebab bahan bakar atau oli yang tumpah ke laut.
Logam berat termasuk limbah B3, alias bahan beracun dan berbahaya perlu ditangani dan diolah secara khusus dan dibuang di tempat khusus pula.
Kemudian sebagai penahan abrasi, akar napas mangrove menjadi pengikat tanah, selain pemecah gelombang. Malah, seperti di muara Sungai Ajkwa di Papua, mangrove bisa menjadi penambah daratan karena juga bisa menahan sedimentasi dari hulu masuk ke laut.
"Untuk bisa berfungsi seperti itu, mangrove yang ditanam harus hidup dulu," tutur Bripka Taufik dalam perbincangan dengan ANTARA.
Kebetulan markas Direktorat Polisi Perairan Polda Kaltim di Sungai Somber, Balikpapan Utara, tempat Taufik berdinas, langsung berada di kawasan hutan mangrove dengan tumbuhan dominan Avicennia.
Agar kemungkinan hidupnya besar, bibit yang ditanam harus sudah berusia 6 bulan. Bibit ditanam saat laut sedang surut, dalam lubang yang dalamnya lebih kurang sejengkal, dan kemudian batangnya diikatkan pada turus kayu atau bambu yang ditancapkan di sebelahnya.
Turus itu berguna untuk menahan agar bibit yang baru ditanam tidak larut terbawa arus pasang surut, atau tercabut dibawa gelombang.
Setelah itu, mulailah masa perawatan. Kawasan tempat menanam mangrove harus sering dikunjungi untuk dilihat kondisi bibit-bibit yang ditanam, sebab ada saja bibit yang tercabut, yang tersaput sampah plastik, atau rusak dihajar gelombang.
Bila ingin kawasan itu benar-benar pulih kembali, mangrove yang mati harus diganti, yang tercabut harus ditanam lagi, dan sampah yang sangkut di bibit harus diambil dan dibuang ke darat.
Menurut Bripka Taufik, dalam dua tahun, setelah ditanami mangrove, kawasan itu biasanya sudah terlihat hijau kembali, dengan pohon-pohon bakau rata-rata tingginya mencapai 2 meter.
Selain Bripka Taufik, Balikpapan punya contoh kisah sukses menanam mangrove lainnya. Di awal tahun 2000-an, ada wilayah yang dulunya rusak akibat angin kencang dan disapu gelombang pasang. Kawasan itu kemudian ditanami mangrove, dan setelah 15 tahun lebih, kawasan itu tidak hanya pulih kembali, tapi juga memberi manfaat ekonomi. Itulah kawasan yang sekarang disebut Mangrove Center di Graha Indah di Balikpapan Utara.
Ada peran Agus Bei yang menanam mangrove di lokasi itu sejak tahun 2000. Kini kawasan seluas lebih kurang 100 hektare itu sudah kembali menjadi hutan mangrove, penuh satwa, termasuk bekantan dan buaya (Crocodilus porosus), juga burung-burung. Agus sendiri diganjar penghargaan Kalpataru oleh Presiden Jokowi pada tahun 2017.
Setiap pekan ramai wisatawan berkunjung dan Agus pun kerap kali diminta berbagi ilmunya menanam mangrove di sejumlah tempat.
Ketelatenan dan kesabaran Agus itulah yang bisa kita contoh. Menanam itu mudah, tapi jangan lupa setelah itu memelihara. Apalagi kalau kita ingin tanaman mangrove tumbuh berkembang dan kelak memberi manfaat.
Langkah pemerintah daerah bersama dengan kepedulian seseorang atau sekelompok orang pada masalah lingkungan akan membawa kondisi lingkungan di negara ini tetap terjaga dan alam banyak memberi manfaat, termasuk secara ekonomi, kepada masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023