Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur mendorong perubahan perilaku hidup sehat masyarakat guna mempercepat angka penurunan gizi buruk pada anak (stunting).

"Orang tua perlu membiasakan pemberian sayur dan buah-buahan kepada anak serta menghindari makanan manis, asin, dan berlemak," kata Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Stunting Kalimantan Timur Masdar Jhon di Samarinda, dalam rapat koordinasi penurunan stunting di Samarinda, Sabtu.

Masdar juga meminta orang tua untuk rutin memandikan anak, mengajari anak buang air besar pada tempatnya, dan sering cuci tangan sebagai bagian dari gaya hidup sehat.

Satgas Penurunan Stunting Kaltim telah memperbanyak anggota tim di daerah agar perubahan perilaku dan pendampingan keluarga semakin masif dan menjangkau semua wilayah Kaltim terwujud.

Baca juga: Anggota DPRD Kaltim : Pemprov alokasikan Rp3,7 miliar penanganan stunting

"Pada 2023, kami dari Dinas Pendidikan Kaltim ditunjuk sebagai koordinator tim satgas daerah. Dalam surat keputusan yang baru, kami menambahkan sejumlah personil diantaranya Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Kaltim,PGRI, dan PWI," katanya.

Masdar menegaskan Indonesia memiliki target penurunan stunting sebesar 14 persen pada 2024 merujuk pada Perpres No. 72 tahun 2021.

"Secara nasional target penurunan stunting yaitu 14 persen. Sedangkan di Kaltim, harapan kami bisa turun pada angka 12,8 persen," kata Maddar.

Salah satu tim satgas di daerah yakni BKKBN Provinsi Kaltim juga melaksanakan program pencegahan dan penurunan angka stunting melalui pengembangan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Melalui aplikasi itu calon pengantin berisiko memiliki anak stunting dapat terdeteksi.

Selain calon pengantin, Elsimil juga ditargetkan untuk kelompok sasaran remaja yang akan menjadi calon pengantin.

Baca juga: 700 Apoteker Kaltim dibekali peranan cegah stunting daerah

Pada tahap penyaringan awal calon pengantin berisiko diminta kuesioner pada aplikasi Elsimil. 

Tiga bulan sebelum pernikahan, calon pengantin diimbau melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan memasukkan data hasil pemeriksaan ke dalam kuesioner.

Data yang dimasukkan adalah usia, status gizi (berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar lengan dan perut, kadar hemoglobin), dan perilaku merokok.

Lewat data itu, Tim Pendamping Kesehatan (TPK) yang terdiri dari PKK, kader Keluarga Berencana, dan tenaga kesehatan dapat mendeteksi calon pengantin dengan faktor risiko stunting.

Lalu, TPK memberikan intervensi yang direkomendasikan sesuai kebutuhan, serta memonitor status gizi calon pengantin demi mempersiapkan kehamilan yang sehat.

Selain berfungsi sebagai alat penyaring dan media komunikasi dengan TPK, Elsimil juga berfungsi sebagai media edukasi tentang kesehatan reproduksi, kontrasepsi, kesiapan pranikah, kesiapan kehamilan, serta cegah kanker.

" Kami berharap seluruh pasangan pengantin di Kaltim ini bisa menerapkan program Elsimil seperti yang telah dicontohkan oleh Gubernur Kaltim Isran Noor saat menikahkan anaknya," ujar Jhon.

Baca juga: DPMPD Kaltim tangani stunting dari desa tertinggal

Pewarta: Arumanto

Editor : Imam Santoso


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023