Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kedua bayi kembar siam asal Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara akhirnya meninggal dunia di ruang Neonatus Intensive Care Unit (NICU) RSUD AW. Syahranie Samarinda, Kamis.
Sekretaris tim dokter Bayi Kembar Siam RSUD AW Syahranie Samarinda dr. Nurliana Adriati Noor di Samarinda, Kamis, mengatakan, salah satu bayi kembar siam dempet dada dan perut (mirror conjoined twins) bertipe "thoraco abdomino phagus" bernama Natalia meninggal pada Kamis pagi sekitar pukul 05.12 WITA.
Sementara, bayi kedua yang bernama Natasya, meninggal setelah dilakukan operasi pemisahan di ruang Isntalasi Bedah Sentra RSUD AW. Syahranei Samarinda, Kamis siang sekitar pukul 13. 25 Wita.
"Keduanya meninggal di ruang NICU. Ketika dirujuk ke RSUD AW Syahranie Samarinda pada Sabtu (21/12), kondisi kedua bayi memang kurang baik dan sejak kemarin sore, bayi yang lahir agak kecil memang kondisinya semakin menurun," ujarnya.
Ia mengatakan, pada pukul 05.12 WITA, Natalia dinyatakan meninggal oleh tim dokter. Terjadinya infeksi diduga menjadi salah faktor penyebab meninggalnya Natalia karena memang dari hasil pemeriksaan awal dan melihat kondisi pasien sejak dirujuk sudah ada tanda-tanda infeksi.
Dia mengatakan, setelah meninggalnya salah satu bayi kembar siam anak pasangan Lukman Ompusunggu (33) dengan Arta Maruli Hutabarat itu, tim dokter segera melakukan persiapan operasi "emergency" atau darurat.
"Sebelumnya, kami memang telah merancang dua skenario yakni operasi selektif atau operasi yang terencana dan operasi `emergency` atau darurat jika salah satu bayi meninggal," katanya.
Menurut dia, operasi dilakukan sejak pukul 08.53 WITA dengan estimasi operasi berlangsung sekitar 4-5 jam. Operasi melibatkan 20 dokter diantaranya dokter ahli bedah anak, anestesi atau pembiusan serta spesialis anak.
Dia mengatakan, setelah operasi pemisahan, bayi itu kemudian dimasukkan di ruang NICU dan terus dipantau oleh tim dokter, termasuk dua dokter anestesi.
Namun, katanya pascaoperasi itu, kondisi Natasya mengalami penurunan fungsi organ khususnya fungsi paru dan jantung dan akhirnya sekitar pukul 13.25 WITA bayi kedua tersebut dinyatakan meninggal.
Selain itu, katanya, ada penurunan fungsi juga ada gangguan pada pembekuan darah yang kemungkinan dipicu oleh perdarahan juga ada gangguan pertukaran gas dan semua ini pemicunya adalah infeksi.
"Sebelum dilakukan operasi, tim dokter telah menyampaikan berbagai kemungkinan kepada pihak keluarga bayi kembar siam tersebut," kata Nurliana.
Sebelum operasi, menurut dia, tidak bisa dikatakan kondisi kedua bayi kembar siam itu baik 100 persen tetapi berdasarkan pemeriksaan, kondisi bayi kedua lebih baik dibanding bayi yang pertama. Memang, setelah bayi pertama dinyatakan meninggal, kondisi bayi yang kedua sangat berpengaruh.
Dia mengatakan, sejak masih dalam peratawan hingga sebelum dilakukan operasi, pihaknya telah menyampaiklan berbagai kemungkinan bisa terjadi kepada pihak keluarga dan mereka telah menyerahkan sepenuhnya ke pihak rumah sakit.
"Berbagai tindakan telah kami lakukan, baik sebelum bayi pertama dinyatakan meninggal maupun pascaoperasi pemisahan untuk menyelamatkan bayi kembar tersebut termasuk tindakan intervensi namun bayi kembar siam tersebut tidak bisa tertolong," kata Nurliana Adriati Noor. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Sekretaris tim dokter Bayi Kembar Siam RSUD AW Syahranie Samarinda dr. Nurliana Adriati Noor di Samarinda, Kamis, mengatakan, salah satu bayi kembar siam dempet dada dan perut (mirror conjoined twins) bertipe "thoraco abdomino phagus" bernama Natalia meninggal pada Kamis pagi sekitar pukul 05.12 WITA.
Sementara, bayi kedua yang bernama Natasya, meninggal setelah dilakukan operasi pemisahan di ruang Isntalasi Bedah Sentra RSUD AW. Syahranei Samarinda, Kamis siang sekitar pukul 13. 25 Wita.
"Keduanya meninggal di ruang NICU. Ketika dirujuk ke RSUD AW Syahranie Samarinda pada Sabtu (21/12), kondisi kedua bayi memang kurang baik dan sejak kemarin sore, bayi yang lahir agak kecil memang kondisinya semakin menurun," ujarnya.
Ia mengatakan, pada pukul 05.12 WITA, Natalia dinyatakan meninggal oleh tim dokter. Terjadinya infeksi diduga menjadi salah faktor penyebab meninggalnya Natalia karena memang dari hasil pemeriksaan awal dan melihat kondisi pasien sejak dirujuk sudah ada tanda-tanda infeksi.
Dia mengatakan, setelah meninggalnya salah satu bayi kembar siam anak pasangan Lukman Ompusunggu (33) dengan Arta Maruli Hutabarat itu, tim dokter segera melakukan persiapan operasi "emergency" atau darurat.
"Sebelumnya, kami memang telah merancang dua skenario yakni operasi selektif atau operasi yang terencana dan operasi `emergency` atau darurat jika salah satu bayi meninggal," katanya.
Menurut dia, operasi dilakukan sejak pukul 08.53 WITA dengan estimasi operasi berlangsung sekitar 4-5 jam. Operasi melibatkan 20 dokter diantaranya dokter ahli bedah anak, anestesi atau pembiusan serta spesialis anak.
Dia mengatakan, setelah operasi pemisahan, bayi itu kemudian dimasukkan di ruang NICU dan terus dipantau oleh tim dokter, termasuk dua dokter anestesi.
Namun, katanya pascaoperasi itu, kondisi Natasya mengalami penurunan fungsi organ khususnya fungsi paru dan jantung dan akhirnya sekitar pukul 13.25 WITA bayi kedua tersebut dinyatakan meninggal.
Selain itu, katanya, ada penurunan fungsi juga ada gangguan pada pembekuan darah yang kemungkinan dipicu oleh perdarahan juga ada gangguan pertukaran gas dan semua ini pemicunya adalah infeksi.
"Sebelum dilakukan operasi, tim dokter telah menyampaikan berbagai kemungkinan kepada pihak keluarga bayi kembar siam tersebut," kata Nurliana.
Sebelum operasi, menurut dia, tidak bisa dikatakan kondisi kedua bayi kembar siam itu baik 100 persen tetapi berdasarkan pemeriksaan, kondisi bayi kedua lebih baik dibanding bayi yang pertama. Memang, setelah bayi pertama dinyatakan meninggal, kondisi bayi yang kedua sangat berpengaruh.
Dia mengatakan, sejak masih dalam peratawan hingga sebelum dilakukan operasi, pihaknya telah menyampaiklan berbagai kemungkinan bisa terjadi kepada pihak keluarga dan mereka telah menyerahkan sepenuhnya ke pihak rumah sakit.
"Berbagai tindakan telah kami lakukan, baik sebelum bayi pertama dinyatakan meninggal maupun pascaoperasi pemisahan untuk menyelamatkan bayi kembar tersebut termasuk tindakan intervensi namun bayi kembar siam tersebut tidak bisa tertolong," kata Nurliana Adriati Noor. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013