PULAU Sangalaki adalah salah satu pulau andalan untuk melakukan wisata bahari di Kabupaten Berau, karena surga bawah lautnya yang mempesona.

Bagi para penggila olahraga selam, Pulau Sangalaki merupakan salah satu pulau yang menjadi impian untuk melakukan penyelaman di Berau selain Pulau Derawan, Kakaban dan Maratua.

Namun bukan hanya pemandangan di bawah laut saja dapat dinikmati, tapi juga pemandangan alam sekitarnya dengan hamparan pasir putih pinggir pantai.

Bila mengelilingi Pulau Sangalaki hanya butuh waktu 30 menit dapat menyaksikan berbagai satwa liar diantaranya ketam kelapa, biawak, elang bondol, burung gosong Filipina, kuntul karang dan burung laut lainnya.

Pemandangan saat penyu naik ke daratan untuk bertelur pun menjadi pemandangan yang ditunggu para wisatawan.

"Penyu-penyu yang akan bertelur dan naik ke daratan ketika cuaca mulai gelap terutama menjelang senja," kata Deffriandy, petugas monitoring penyu di Pulau Sangalaki.

Penyu langka yang hidup di Pulau Sangalaki adalah jenis penyu hijau (Chelonia Mydas) dan penyu sisik (Erethmochelys fimbriata).

Ketika matahari mulai tenggelam, langit di Pulau Sangalaki memperlihatkan siluetnya perpaduan warna dominasi kuning, biru, ungu dan merah muda.

Para wisatawan yang berada di Pulau Sangalaki berlarian menuju pinggir pantai untuk mengabadikan suasana matahari terbenam dari beberapa penjuru pulau.

Pulau Sangalaki adalah pulau yang tidak dihuni oleh penduduk sekitar dan karena belum adanya sarana air bersih dan listrik. Hanya ada satu resort yang dikelola PT Sangalaki Manta Paradise sejak Agustus 2013 sebelumnya oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau.

Resort ini hanya menyediakan sepuluh kamar, namun harga untuk perorang terdiri dua jenis harga yakni untuk kelas A seharga Rp930 ribu perorang dan kelas B seharga Rp880 ribu perorang.



Menunggu kedatangan penyu

Saat malam tiba para wisatawan didampingi petugas monitoring penyu berjaga-jaga keliling Pulau Sangalaki, yang hanya menggunakan penerangan berupa lampu senter.

Pulau Sangalaki yang berstatus Taman Wisata Alam Laut yang memiliki luas hanya sekitar 280 hektare yang sekeliling pulau ditumbuhi banyak tanaman mangrove

"Penyu bertelur setiap 15 hari dan telur tersebut ditempatkan oleh induk penyu pada kedalaman 50 hingga 60 sentimeter di dalam pasir," kata Deffriandy.

Biasanya penyu bertelur antara 80 hingga 188 telur dengan waktu menetas antara 45 hingga 60 hari. Telur penyu yang menetas yang berhasil menjadi tukik (anak penyu, red) biasanya hanya 80 persen dari jumlah telur yang dihasilkan.

"Bila telur penyu menetas, maka petugas monitoring harus cepat-cepat membantu mengeluarkan tukik dari timbunan pasir, sebab kalau tidak tukik-tukik bisa mati atau dimakan sama biawak," katanya.

Biawak merupakan salah pemangsa tukik, selain kepiting dan hewan laut lainnya. Maka tukik-tukik di timbunan pasir dikumpulkan dimasukan dalam wadah untuk dilepaskan ke laut.

"Tukik-tukik tersebut di lepaskan ke laut pada malam hari biar tidak terlihat oleh pemangsanya, biasanya dari 1.000 ekor tukik yang dilepas ke laut yang bertahan hidup cuman satu ekor," kata Deffriandy.

Untuk mengetahui penyu berjenis kelamin jantan atau betina dari ekornya kalau panjang itu penyu jantan kalau pendek itu betina dan butuh waktu 35 tahun untuk mengetahui jenis kelamin hewan langka tersebut. (*)

Pewarta: Susylo Asmalyah

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013