Penajam (ANTARA Kaltim) - Sedikitnya 10 ribu hektare sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara mengalami kekeringan.
 
Salah seorang petani di Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Penajam, Jayadi, Kamsi menyatakan, kekeringan yang melanda kawasan itu akibat minimnya curah hujan di wilayah itu.
 
Padahal menurut Jayadi, pada Oktober merupakan masa tanam, namun terpaksa ditunda karena sebagian lahan kering akibat musim kemarau yang berkepanjangan.

Sebagian besar lahan pertanian di wilayah Sidorejo kata dia bersifat sawah tadah hujan sehingga jika tidak ada hujan kondisinya sangat kering dan tidak bisa ditanamiyang menyebabkan petani terpaksa harus menunggu sampai curah hujan meningkat.

“Musim kemarau seperti ini tak hanya sekali dialami petani. Seringkali permasalahan ini dialami petani saat menghadapi musim kemarau karena mayoritas lahan sawah pertanian di Sidorejo merupakan tadah hujan, sementara sistem irigasi yang ada hanya berfungsi untuk saluran pembuangan karena jauh dari sumber mata air,’ jelasnya

Sementara, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kelautan (DP3K) Kabupaten Penajam Paser Utara Misran Hariyadi mengatakan, kekeringan tersebut, merupakan kejadian luar biasa yang dialami para petani, tidak hanya puluhan atau ratusan hektare, namun mencapai puluhan ribu hektare sawah produktif di daerah itu terancam kekeringan.

“Kabupaten Penejam Paser Utara memiliki lahan sawah produktif seluas 12 ribu hektare yang sangat bergantung pada tadah hujan. Saat ini sekitar 10.000 hektare sawah terancam kekeringan akibat minimnya curah hujan sejak Oktober dan awal November ini,” katanya.

Sawah tadah hujan kata Misran merupakan pertanian lahan basah yang pengairannya bergantung dari air hujan dan jika curah hujan sangat rendah akibatnya langsung dirasakan oleh petani.

"Puluhan ribu hektare sawah tadah hujan di Kabupaten Penajam Paser Utara saat ini terbengkalai, pasalnya musim kemarau membuat sawah menjadi kering dan susah diolah. Penanaman padi di daerha ini memang sangat bergantung dengan alam dan bila musim hujan lebih lama, maka para petani dapat bercocok tanam hingga dua kali setahun,” ujarnya.

Sebaliknya lanjut dia, jika curah hujan rendah para petani hanya dapat bercocok tanam sekali dalam setahun.

Terkait kondisi itu kata Misran, DP3K sudah melakukan koordinasi dengan Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) untuk bersama-sama terjun ke lokasi melihat langsung sekaligus mencari solusi pemecahannya. (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013