Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Tim ekspedisi Indonesia 4X4 ke Perbatasan (Indonesia 4X4 Expedition to Border) mulai bergerak ke Long Bawan, Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, Minggu.

Long Bawan adalah ibukota kecamatan Krayan, tempat tinggal Orang Lundayeh. Sampai saat ini, Long Bawan baru bisa dicapai lewat udara.

"Kami akan bergerak terus sejauh yang kami bisa," kata Greffion Kamil, Pemimpin Ekspedisi di Malinau, saat briefing pada Minggu pagi.

Ada beberapa jalan bekas perusahaan penebangan hutan yang coba dimanfaatkan. "Kondisinya memang berat dengan banyak bekas alur air pada tanjakan atau turunan. Pada sebagian yang lain tim harus menyeberang sungai dan membuat jembatan darurat," kata Insuhendang, tim surveyor.

Menurut Insuhendang, tim sekurangnya akan menyeberang sungai sebanyak empat kali. Dua kali sungai dapat diseberangi begitu saja meski tinggi air bisa mencapai lebih dari 3/4 diameter roda. "Jadi kami ingatkan kembali kawan-kawan untuk mengecek semua seal, semua pengaman agar diperiksa, bila perlu dikuatkan kembali," sambung Fionk, panggilan akrab Greffion Kamil.

Sebelumnya, pada Rabu (30/10), tim untuk pertama kali mencapai Malinau setelah bertolak dari Tanjung Selor. Menginap semalam diibukota kabupaten konservasi, tim langsung lanjut ke Pos Gabungan Indonesia-Malaysia (Pos Gabma) di Simanggaris, Kalimantan Utara.

Di pos penjagaan perbatasan ini, pasukan TNI bekerjasama menjaga sempadan dengan Tentera Diraja Malaysia (TDM). Saat ini yang sedang bertugas adalah Batalyon 141 Aneka Yudha Jaya Prakosa dari Kodam II Sriwijaya.

"Kami prajurit-prajurit dari Sumatera. Dari Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, ada yang kelahiran Aceh, Sungai Penuh, Kerinci, mana-mana lah," terang Lettu Abass, Komandan Pos Gabma.

Untuk pos ini, Tim Ekspedisi menyerahkan bantuan sosial berupa logistik, perlengkapan musala berupa pelantang suara dan karpet, televisi lengkap dengan antena parabola dan receiver, serta sebuah GPS (Global Positioning System) yang sudah diisi lengkap dengan data peta Indonesia.

Anggota ekspedisi dari tim Jawa Timur (Dimas, Firman, dan Yudi Tablo) juga menjadi teknisi dadakan. Mereka memasangkan peranti penguat sinyal GSM di Pos Gabma dan satu parabola untuk televisi satelit di Pos Sebuku.

"Begitu kami selesai pasang penguat sinyal, langsung teman-teman prajurit pada menelpon," cerita Dimas.

Sebelumnya, dari Pos Gabma orang harus berjalan dulu beberapa ratus meter menuju ketinggian yang diberi nama Bukit Sinyal. Baru dari bukit itu, sinyal telekomunikasi telepon selular dapat ditangkap dan handphone dapat dipakai.   (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013