Samarinda (ANTARA Kaltim) - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI membangun delapan unit Pos Inseminasi Buatan (IB) atau pos untuk melakukan sistem kawin suntik bagi ternak sapi dan kerbau di Kalimantan Timur.
"Delapan unit Pos IB itu tersebar di delapan kabupaten dan kota di Kaltim, yakni Kabupaten Berau, Bulungan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Paser, Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, dan Samarinda," ucap Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Dadang Sudarya di Samarinda, Sabtu.
Menurut dia, masing-masing Pos IB digulirkan anggaran sebesar Rp90 juta, sehingga total dana yang dikeluarkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dari APBN pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp720 juta.
Tujuan dilakukan IB adalah untuk memperbaiki mutu genetika ternak, bahkan tidak mengharuskan pejantan unggul dibawa ke tempat yang dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya.
Tujuan lainnya adalah untuk mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam waktu lebih lama, meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur, serta untuk mencegah penularan penyakit kelamin.
Ia mengatakan keuntungan penerapan IB adalah mampu menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding).
Melalui penerapan IB dengan peralatan dan teknologi yang baik, ujarnya, sperma (semen) dapat simpan dalam jangka waktu lama, dan semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian meski pejantan telah mati.
Dadang Sudarya mengatakan, manfaat sistem IB lainnya adalah untuk menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, sistem ini juga dapat menghindari ternak dari penularan penyakit saat pejantan dan betina kawin.
Inseminasi buatan juga memiliki dampak negatif, di antaranya ketika waktu pelaksanaanya tidak tepat, maka tidak akan terjadi kehamilan.
"Selain juga dapat menyebabkan menurunnya sifat genetik yang tidak diinginkan apabila ternak jantan donor tidak dipantau secara berkala sifat genetiknya," katanya.
Inseminasi buatan adalah proses memasukkan sperma ke dalam uterus (rahim). Saat memasukkan sperma, sapi atau binatang ternak lain harus dimasukkan dalam kandang penjepit agar sapi tidak memiliki gerak cukup untuk menghindar.
"Inseminasi buatan ini diharapkan mampu mempercepat populasi sapi, kerbau, maupun binatang ternak lain di Kaltim, karena provinsi ini masih belum mampu mencukupi kebutuhan daging, sehingga harus mendatang hewan ternak dari daerah lain," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
"Delapan unit Pos IB itu tersebar di delapan kabupaten dan kota di Kaltim, yakni Kabupaten Berau, Bulungan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Paser, Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, dan Samarinda," ucap Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Dadang Sudarya di Samarinda, Sabtu.
Menurut dia, masing-masing Pos IB digulirkan anggaran sebesar Rp90 juta, sehingga total dana yang dikeluarkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dari APBN pada tahun anggaran 2013 sebesar Rp720 juta.
Tujuan dilakukan IB adalah untuk memperbaiki mutu genetika ternak, bahkan tidak mengharuskan pejantan unggul dibawa ke tempat yang dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya.
Tujuan lainnya adalah untuk mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam waktu lebih lama, meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur, serta untuk mencegah penularan penyakit kelamin.
Ia mengatakan keuntungan penerapan IB adalah mampu menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding).
Melalui penerapan IB dengan peralatan dan teknologi yang baik, ujarnya, sperma (semen) dapat simpan dalam jangka waktu lama, dan semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian meski pejantan telah mati.
Dadang Sudarya mengatakan, manfaat sistem IB lainnya adalah untuk menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, sistem ini juga dapat menghindari ternak dari penularan penyakit saat pejantan dan betina kawin.
Inseminasi buatan juga memiliki dampak negatif, di antaranya ketika waktu pelaksanaanya tidak tepat, maka tidak akan terjadi kehamilan.
"Selain juga dapat menyebabkan menurunnya sifat genetik yang tidak diinginkan apabila ternak jantan donor tidak dipantau secara berkala sifat genetiknya," katanya.
Inseminasi buatan adalah proses memasukkan sperma ke dalam uterus (rahim). Saat memasukkan sperma, sapi atau binatang ternak lain harus dimasukkan dalam kandang penjepit agar sapi tidak memiliki gerak cukup untuk menghindar.
"Inseminasi buatan ini diharapkan mampu mempercepat populasi sapi, kerbau, maupun binatang ternak lain di Kaltim, karena provinsi ini masih belum mampu mencukupi kebutuhan daging, sehingga harus mendatang hewan ternak dari daerah lain," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013