Nunukan (ANTARA Kaltim) - Pengusaha tempe dan tahu di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara mengeluhkan tingginya harga kedelai di Indonesia akhir-akhir ini.
Riami, salah seorang pengusaha tempe dan tahu di Kabupaten Nunukan, Senin, mengungkapkan keresahannya dengan minimnya produksi setiap hari akibat melonjaknya harga kedelai tersebut.
Ia mengakui, sebelumnya kedelai yang disuplai dari Surabaya Jawa Timur dengan harga Rp6.700 per kilogram dan saat ini harganya menjadi Rp9.200 per kilogram.
"Tinggi sekali kenaikannya, jadi sangat memengaruhi produksi kami setiap hari," ujar dia di rumahnya Jalan Pongtiku Kampung Tator Kabupaten Nunukan.
Riami menyatakan, setelah kenaikan harga kedelai di Indonesia tentunya sangat berdampak bagi pengusaha tempe dan tahu karena khusus di Kabupaten Nunukan harga kedelai hingga rumahnya mencapai Rp12.000 per kilogram termasuk di dalamnya biaya transportasi.
Agar tidak merugikan, dia mengatakan mengurangi ukuran tempe maupun tahu yang diproduksinya tanpa menaikkan harga jual sebagai strategi mengantisipasi berkurangnya pembeli.
"Harga jual tetap sama sebelumnya yakni Rp10.000 per delapan bungkus tempe," ujar Riami.
Meskipun harga melonjak tajam, dia mengaku belum memikirkan untuk menyuplai kedelai dari Tawau Malaysia karena ketersediaan pasokan dari Surabaya masih mencukupi.
Riami mengatakan persediaan kedelai yang masih tersisa di gudang miliknya sekitar tiga ton dan setiap hari hanya mampu memproduksi sekitar satu kwintal atau 100 kilogram.
Berkat pengurangan ukuran bungkus tempe miliknya, masih mendapatkan keuntungan meskipun tidak sebesar sebelumnya, ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Riami, salah seorang pengusaha tempe dan tahu di Kabupaten Nunukan, Senin, mengungkapkan keresahannya dengan minimnya produksi setiap hari akibat melonjaknya harga kedelai tersebut.
Ia mengakui, sebelumnya kedelai yang disuplai dari Surabaya Jawa Timur dengan harga Rp6.700 per kilogram dan saat ini harganya menjadi Rp9.200 per kilogram.
"Tinggi sekali kenaikannya, jadi sangat memengaruhi produksi kami setiap hari," ujar dia di rumahnya Jalan Pongtiku Kampung Tator Kabupaten Nunukan.
Riami menyatakan, setelah kenaikan harga kedelai di Indonesia tentunya sangat berdampak bagi pengusaha tempe dan tahu karena khusus di Kabupaten Nunukan harga kedelai hingga rumahnya mencapai Rp12.000 per kilogram termasuk di dalamnya biaya transportasi.
Agar tidak merugikan, dia mengatakan mengurangi ukuran tempe maupun tahu yang diproduksinya tanpa menaikkan harga jual sebagai strategi mengantisipasi berkurangnya pembeli.
"Harga jual tetap sama sebelumnya yakni Rp10.000 per delapan bungkus tempe," ujar Riami.
Meskipun harga melonjak tajam, dia mengaku belum memikirkan untuk menyuplai kedelai dari Tawau Malaysia karena ketersediaan pasokan dari Surabaya masih mencukupi.
Riami mengatakan persediaan kedelai yang masih tersisa di gudang miliknya sekitar tiga ton dan setiap hari hanya mampu memproduksi sekitar satu kwintal atau 100 kilogram.
Berkat pengurangan ukuran bungkus tempe miliknya, masih mendapatkan keuntungan meskipun tidak sebesar sebelumnya, ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013