Samboja (ANTARA Kaltim) - Selain pesona tepi laut yang asri,pantai Ambalat yang terletak di Kelurahan Amborawang Laut Kecamatan Samboja Kutai Kartanegara (Kukar), juga menyimpan daya tarik lainnya, yakni empang pemancingan.

Dengan luas kurang lebih empat hektar, empang milik M Idrus yang juga Lurah Amborang Laut itu siap menjadi arena "strike mania" bagi para pehobi memancing.

Di pemancingan Ambalat tersebut, juga tersedia sarana pendukung yakni beberapa unit gazebo terletak dipematang empang dengan teduhan pohon cemara yang cukup rindang. Jelas saja, suasana sejuk alami menanti pengunjung sambil menikmati memancing ditemani sayup-sayup suara deburan ombak pantai yang menghadap selat Makassar tersebut.

Meski ada ikan Bandeng, menurut Idrus yang menjadi andalan pemancingannya yakni ikan Nila.

"Orang-orang lebih suka mancing Nila, kata mereka (pemancing.red) rasa dagingnya lebih enak," kata M Idrus ditemui di pondok empangnya saat sedang memberi makan ikan-ikannya, Minggu (25/8).

Penasaran dengan apa yang dikatakan pemilik pemancingan, penulis mencoba turun memancing, tak berama lama umpan pelet ditarik ikan.

Sekali sentak, ikan terasa sangkut dimata kail dan memberikan perlawanan lumayan kuat joran pun melengkung. Padahal bisa saja diangkat langsung namun masih ingin merasakan sensasi strike nila empang, sehingga "reel" tak buru-buru digulung.

Akhirnya setelah beberapa menit nila kelelahan sehingga perlawanannya berkurang lalu diangkat, lumayan hampir satu kilo beratnya.

Nila tersebut, setelah dibersihkan langsung dibakar diatas panggangan
sederhana yang tersedia digazebo hingga matang.

Memang benar, rasa nila empang Ambalat memang berbeda dengan nila di sungai-sungai. Selain dagingya lebih lembut, juga sedikit terasa lebih
manis dan gurih, serta tak sedikitpun berasa lumpur atau tanah.

Menurut Idrus, hal tersebut disinyalir karena habitat nila di empangnya yang hidup di air payau atau gabungan air tawar dan air
asin.

Dijelasakannya, sebenarnya nila peliharaannya merupakan nila air tawar biasa. Menurut Idrus sebelum di masukkan ke empang air payau, bibit
nilanya di lakukan penyesuain terlebih dahulu selama tiga hari, yakni dengan cara sedikit demi sedikit air payau dimasukkan ke dalam bak berisi bibit nila.

"Memang ada yang mati, bibit nila yang hidup sekitar 250 ekor lalu saya masukkan ke empang," paparnya.

Berawal dari 250 ekor bibit nila tersebut, kini ikan nila di empang pemancingan seluas empat hektare itu, jumlahnya tak terhitung, karena sudah berkembang biak secara alami dan menjadi nila air payau yang berdaging lembut dan tak berbau lumpur itu.

Sehingga nila dipemancingan tersebut ukurannya bermacam-macam, dari yang baru menetas hingga indukan dengan berat lebih kurang satu kilogram per ekornya.

Untuk merasakan sensasi memancing nila air payau pantai Ambalat, M Idrus mengenakan tarif Rp 35 ribu untuk satu kilogram nila yang berhasil didapatkan pemancing.

"Jadi aturannya disini silahkan pancing di spot-spot yang disukai, lalu hasilnya ditimbang oleh pemacing sendiri," ujarnya.

Menurut Idrus biasanya, pemancingan miliknya itu ramai dihari-hari libur oleh pengunjung dari Balikpapan dan Samarinda yang memancing sambil berlibur sembari makan-makan dengan keluarga. (*)

Pewarta: Hayru Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013