Pebalap sepeda putri Indonesia Ayustina Delia Priatna menutup lomba balap sepeda dengan medali perunggu SEA Games 2021 di Hoa Binh, Vietnam, Minggu, yang diraih dengan dramatis.
Para pebalap harus berjuang di tengah guyuran hujan deras. Bahkan, panitia penyelenggara memutuskan untuk memangkas dua lap dari delapan menjadi enam.
Momen emosional terjadi saat Ayustina menyentuh garis finis yang tak kuasa menangan tangis dan harus dibopong setelah menyelesaikan lomba.
"Jadi yang membuat saya menangis sedih karena saya sudah berjuang mati-matian, tetapi saat sprint (mendekati finis) hanya bisa mendapat perunggu," kata Ayustina.
Meski sebelumnya telah mampu menyumbangkan medali emas untuk Indonesia pada nomor Individual Time Trial (ITT) Putri, Ayustina mengaku sedih karena hanya mampu menyumbang perunggu.
Untuk bisa menjadi yang terdepan, Ayustina harus mengayuh sepeda 88,5 km dengan menahan lapar dan haus. Bahkan, sampai kehilangan cairan dan mengalami kram pada lap keempat.
Demi Merah Putih, Ayustina mengesampingkan rasa lelah dan tetap melanjutkan lomba untuk tetap berada di barisan depan.
Sayang, kondisi Ayustina mendekati finis sudah dalam batas sehingga harus puas finis di urutan ketiga dengan membukukan waktu 2 jam 13 menit 15 detik.
"Benar-benar harus kerja keras agar tidak ada gap yang lumayan jauh. Jadi pada awal lomba saya tidak minum dan makan untuk bisa mengimbangi Vietnam," katanya.
Perjuangan yang tak kalah heroik juga ditunjukkan pebalap sepeda Indonesia lainnya yang sama-sama turun pada Individual Road Race Putri.
Gita Widya Yunika finis di urutan ke-18 dengan 2 jam 15 menit 43 detik, Sayu Bella Sukma Dewi finis di urutan 25 dengan 2 jam 25 menit 44 detik, dan Dewika Mulya Sova yang gagal menyelesaikan lomba.
Manajer Timnas Balap Sepeda Budi Saputra mengapresiasi perjuangan atlet Merah Putih yang total membawa pulang tiga emas, empat perak, dan satu perunggu.
"Hasil hari ini medali perunggu IRR putri hasil kerja keras Gita, Ocha, dan Sayu dengan ujung tombak Ayustina Delia Priatna. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan," kata Budi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
Para pebalap harus berjuang di tengah guyuran hujan deras. Bahkan, panitia penyelenggara memutuskan untuk memangkas dua lap dari delapan menjadi enam.
Momen emosional terjadi saat Ayustina menyentuh garis finis yang tak kuasa menangan tangis dan harus dibopong setelah menyelesaikan lomba.
"Jadi yang membuat saya menangis sedih karena saya sudah berjuang mati-matian, tetapi saat sprint (mendekati finis) hanya bisa mendapat perunggu," kata Ayustina.
Meski sebelumnya telah mampu menyumbangkan medali emas untuk Indonesia pada nomor Individual Time Trial (ITT) Putri, Ayustina mengaku sedih karena hanya mampu menyumbang perunggu.
Untuk bisa menjadi yang terdepan, Ayustina harus mengayuh sepeda 88,5 km dengan menahan lapar dan haus. Bahkan, sampai kehilangan cairan dan mengalami kram pada lap keempat.
Demi Merah Putih, Ayustina mengesampingkan rasa lelah dan tetap melanjutkan lomba untuk tetap berada di barisan depan.
Sayang, kondisi Ayustina mendekati finis sudah dalam batas sehingga harus puas finis di urutan ketiga dengan membukukan waktu 2 jam 13 menit 15 detik.
"Benar-benar harus kerja keras agar tidak ada gap yang lumayan jauh. Jadi pada awal lomba saya tidak minum dan makan untuk bisa mengimbangi Vietnam," katanya.
Perjuangan yang tak kalah heroik juga ditunjukkan pebalap sepeda Indonesia lainnya yang sama-sama turun pada Individual Road Race Putri.
Gita Widya Yunika finis di urutan ke-18 dengan 2 jam 15 menit 43 detik, Sayu Bella Sukma Dewi finis di urutan 25 dengan 2 jam 25 menit 44 detik, dan Dewika Mulya Sova yang gagal menyelesaikan lomba.
Manajer Timnas Balap Sepeda Budi Saputra mengapresiasi perjuangan atlet Merah Putih yang total membawa pulang tiga emas, empat perak, dan satu perunggu.
"Hasil hari ini medali perunggu IRR putri hasil kerja keras Gita, Ocha, dan Sayu dengan ujung tombak Ayustina Delia Priatna. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan," kata Budi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022