Samarinda (ANTARA Kaltim) - Komisioner Kompolnas Hamidah Abdurahman, mengatakan, kerusuhan dalam pertandingan tinju di Gedung Olahraga Nabire, Papua, pada Minggu (14/7) malam yang menewaskan 17 orang, bukan kesalahan polisi.

"Menurut saya, polisi tidak bisa dipersalahkan begitu saja terkait persoalan yang terjadi di pertandingan tinju itu karena dinilai melakukan pembiaran dan lambat sehingga mengakibatkan 17 orang meninggal. Tetapi, kita harus melihat kasus itu secara utuh sehingga tidak langsung menyalahkan polisi," ungkap Hamidah Abdurachman, kepada wartawan usai melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda di ruang Serbaguna Polresta Samarinda, Rabu.

Selain berdialog dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda di Samarinda, Hamidah Abrurachman bersama Komisioner Kompolnas lainnya yakni Edi Saputra Hasibuan dan juga Tri Hudiono juga sempat melakukan sidak di ruang sel tahanan Polresta Samarinda.

Menurut Hamidah Abdurachman, yang harus bertanggung jawab atas tragedi tinju maut itu adalah pihak penyelenggara.

"Bahwa, yang bertanggung jawab adalah penyelenggara sebab mereka yang memberikan izin. Apalagi, dalam izin itu hanya disebutkan sebanyak 800 penonton tetapi kenyataannya warga yang menonton mencapai 1.500 orang. Polisi sudah melakukan upaya untuk melakukan pengamanan sesuai dengan kemampuan yang ada disana," kata Hamidah Abdurachman.

Namun, Komisioner Kompolnas itu juga mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kerusuhan pada pertandingan tinju maut tersebut.

"Kami berharap, polisi mengusut tuntas, siapa yang menjadi provokator, dan siapa yang terlbat tindak pidana . Saya juga berharap bahwa bupati dan tim penyelenggara bertanggung jawab penuh terhadap peristiwa itu," tegas Hamidah Abbdurachman.

Insiden maut di GOR Nabire yang terjadi saat final tinju, Minggu (14/7), menewaskan 17 orang serta melukai 38 korban. 24 orang di antaranya masih dirawat di RSUD Nabire, RS Marthen Indey dan RS Bhayangkara di Jayapura. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013