Penajam (ANTARA Kaltim) - Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Khaeruddin belum mau berkomentar soal dugaan "mark up" Rp4 miliar dalam pengadaan "whiteboard" tahun 2012.

"Saya sedang di Jakarta dan pagi ini (21/5) pulang. Nanti kita ketemu dan akan saya jelaskan semua yang terkait dengan masalah ini," kata Khaeruddin yang dihubungi dari Penajam, PPU, Kalimantan Timur, Selasa.

Sebelumnya, tim penyidik Kejaksaan Negeri PPU Kalimantan Timur menyatakan sedang melakukan penyelidikan kasus pengadaan "whiteboard" interaktif pada Disdikpora tahun 2012.

Dari penelusuran di lapangan, diketahui bantuan "whiteboard" atau papan tulis putih dari Disdikpora Kabupaten PPU di sejumlah sekolah mulai tingkat SD sampai SMA/SMK sudah disalurkan sejak Agustus 2012.

Namun, keberadaan alat tersebut jarang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, karena harus disambungkan ke LCD dan komputer.

"Whiteboard" interaktif yang diduga di-"mark up" (digelembungkan harganya.red) sebesar Rp4 miliar dari total anggaran hampir Rp9 miliar di APBD 2012 lalu, dilakukan CV Faresh Wannabe yang beralamat di Jalan KH Agus Salim No 51 RT 009 Salumit, Tarakan Tengah, Kota Tarakan, Kaltim. Alat tersebut bermerek "IQ Board".

Dalam proses lelang ada beberapa kontraktor yang mengajukan penawaran. Jenis "whiteboard" bermacam-macam. Untuk merek "Smart Board" merupakan buatan Kanada, sementara merek "IQ Board" buatan China.

Di sejumlah sekolah "whiteboard" tersebut selain bisa digunakan untuk menulis secara manual dengan menggunakan spidol, juga bisa dipakai sebagai layar dengan teknologi layar sentuh.

Untuk mengoperasikan alat ini, terlebih dahulu harus disambungkan ke laptop, kemudian dari laptop atau komputer diteruskan ke LCD, kemudian gambar dipancarkan di "whiteboard".

Kepala SD Negeri 02 Kabupaten PPU, Fustuarini, yang ditemui Senin (20/5), menjelaskan, satu unit "whiteboard" diterima tahun lalu dan satu gurunya mengikuti pelatihan cara penggunaannya selama dua hari.

Meski sudah mendapatkan alat tersebut, namun ia mengaku alat itu jarang digunakan untuk proses belajar mengajar.

"Hanya dipakai kalau ada rapat guru. Itu pun secara manual saja dengan menggunakan spidol. Tapi untuk menghapus pun menggunakan penghapus khusus dan tidak boleh pakai penghapus biasa," ujarnya.

Alat tersebut, lanjut Fustuarin, sementara ini sulit digunakan untuk proses belajar mengajar antara lain karena berat. Meski memiliki roda, tapi tak bisa digunakan di kelas yang berada di lantai dua.

Kepala SMA Negeri 1 Kabupaten PPU, Sugino mengaku menerima bantuan "whiteboard" dari Disdikpora melalui perusahaan tersebut pada 3 Agustus 2012.

"Kami menerima tiga unit "whiteboard" dan digunakan di lab bahasa dan lab komputer serta Laboratorium IPA," ungkapnya sambil menunjukkan "whiteboard" di salah satu laboratorium yang sudah dipasang di tembok dan tidak bisa lagi dipindah. (*)

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013