Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Penjaga Hutan Lindung Wehea di Muara Wahau, Kutai Timur, Kaltim, yang biasa disebut Petkuq Muhuey, mendapat bantuan sebesar Rp90 juta dari siswa sekolah internasional Pasir Ridge International School (PRIS) di Pasir Ridge, Balikpapan.

"Uang itu mereka kumpulkan dari lelang lukisan dan kerajinan yang dibuat sendiri oleh anak-anak," kata Brent Fullerton, guru Grade 5 PRIS seperti dimuat di ET Journal, publikasi pendidikan untuk jaringan sekolah-sekolah internasional di Asia Timur, termasuk Asia Tenggara.

Tahun sebelumnya, anak-anak PRIS bahkan bisa mengumpulkan hingga 10.000 dolar AS atau lebih kurang Rp100 juta.

Seluruh dana itu disalurkan melalui ICON atau Integrated Conservation, lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Amerika Serikat. ICON untuk sementara mengelola dana bantuan tersebut untuk Petkuq Muhuey.

PRIS mengundang perwakilan Petkueq Mehuey dan ICON untuk menerima secara simbolis bantuan tersebut Sabtu (4/5) akhir pekan lalu.

Yatim, kapten para ranger PM, kemudian Sugi dan Hendri, dua PM yang sedang menyelesaikan kuliahnya Universitas Mulawarman yang didampingi manajer lapangan ICON Nunuk Kasiyanto dan Sheryl Gruber, bendahara ICON.

Mereka hadir ke sekolah di Pasir Ridge di lingkungan Chevron Indonesia Company di Gunung Pasir, Balikpapan itu.

"Uang ini akan kami gunakan sebesar-besarnya untuk melindungi orangutan, macan dahan, beruang madu, dan spesies-spesies lain yang tinggal di Hutan Lindung Wehea," kata Nunuk Kasiyanto.

Saat ini setidaknya ada 70-an orang ranger (penjaga hutan) di Petkuq Muhuey. Seluruhnya adalah warga kampung-kampung Wehea di sepanjang Sungai Wehea atau Sungai Wahau. Hampir sebagian besar pula mereka tinggal di Nehas Liah Bing, kampung utama dan kampung tertua Orang Wehea.

Bergantian mereka menjaga Hutan Lindung Wehea yang luasnya 38.000 hektare, 2 setengah jam barat laut Nehas Liah Bing. Sekali giliran jaga berkisar mulai dari dua minggu hingga dua bulan.

"Bahkan bisa lebih lama lagi kalau senang tinggal di Hutan," seloroh Yatim yang dulunya adalah pemburu dan penebang pohon.

Sekali giliran jaga, sekurangnya ada 10 hingga 15 PM. Mereka menempati sejumlah pos di Hutan, seperti Pos Portal atau Gerbang Hutan, mess, dan markas utama di Stasiun Peneliti dan Home Stay.

"Kami berpatroli menjaga hutan, terutama dari mereka yang ingin mencuri kayu atau menebang pohon dan para pemburu satwa," jelas Yatim.

Pasir Ridge International School atau PRIS adalah sekolah untuk anak-anak pekerja Chevron Indonesia Company dan memakai standar pendidikan Amerika Serikat. Dengan beragamnya kebangsaan para pekerja Chevron, berbagai-bagai pula kebangsaan murid-murid PRIS.

Saat ini, PRIS memiliki 75 siswa yang berusia mulai dari 3 tahun hinga 15 tahun.

Membantu kegiatan konservasi alam memang bagian yang tidak terpisahkan dari PRIS. Di awal berdirinya di pertengahan tahun 1970-an, PRIS membantu Dr Willie Smit, menyelamatkan orangutan dengan menyediakan tempat di sekitar sekolah yang memang teduh dan asri itu.

Willie Smit adalah doktor ahli primata dari Belanda yang kemudian menjadi warga negara Indonesia.

PRIS juga membantu menggalang dana sampai akhirnya Smit bisa membeli sebidang tanah di Kecamatan Samboja, kawasan yang kini menjadi tempat kerja utama Yayasn Borneo Orangutan Survival atau BOSF dalam merehabilitasi orangutan. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013