Seorang ibu warga Desa Seberang Kapuas Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat melahirkan anak pertamanya di dalam perahu karet milik TNI Angkatan Laut saat perjalanan di sungai Kapuas menuju Puskesmas di daerah setempat.
Sekitar pukul 07.00 WIB, Jumat (19/11), Puskesmas Sekadau menerima telepon bahwa ada pasien yang mau melahirkan di Dusun Teribang, Desa Seberang Kapuas, Kecamatan Sekadau Hilir wilayah Sekadau.
Pihak Puskesmas pun mengutus dua bidan yaitu Anastasia Regina dan Yohana dibantu anggota TNI AL untuk menjemput pasien tersebut untuk di bawa ke Puskesmas Sekadau.
"Pas kebetulan piket, saya bersama Kak Yohana dan Kak Imel. Terus saya sama Kak Yohana pergi, karena mikir ibu ini melahirkan anak pertama. Katanya sakitnya (kontraksi) sudah sering," kata Bidan Puskesmas Sekadau Anatasia Regina, yang menolong persalinan di tengah Sungai Kapuas, di Sekadau Kalbar, Jumat.
Mendapati kabar tersebut lantas Kedua bidan tersebut berangkat ke Teribang dijemput oleh anggota TNI AL menggunakan perahu karet.
Saat akan berangkat ke Teribang, keluarga pasien menelepon dan mengatakan ketuban sudah pecah. Tiba di Teribang, mereka memutuskan untuk membawa ibu tersebut ke Puskesmas Sekadau.
Keputusan itu diambil bukan tanpa alasan. Mengingat kondisi banjir dan peralatan yang tidak memadai akhirnya mereka mengevakuasi ibu tersebut.
"Sampai ke sana (Teribang) pasien sudah pembukaan lengkap. Diperiksa, ketubannya tidak ada lagi, terus kami bawa (evakuasi). Hanya saja, lihat ibunya meneran ndak langsung keluar bayinya. Kami curiga jangan-jangan lilitan tali pusat atau apa gitu. Kami modal nekat. Pasien itu pun melahirkan di perahu, daripada nanti melahirkan di rumah tidak ada oksigen," ucap Anatasia.
Anatasia bersama rekannya mengaku sempat merasa khawatir, takutnya juga asfiksia. Rupanya di tengah-tengah Sungai Kapuas bayinya lahir,
"Awalnya (bayi) nangis. Cuman karena dingin dan kami ndak ada bawa penghisap lendir karena tadi saking terburu-buru sampai lupa, jadi sempat asfiksia," katanya.
Setelah perahu menepi, bayi tersebut dibawa bidan Yohana ke Puskesmas Sekadau untuk ditangani lebih lanjut.
Sementara Anatasia, masih harus membantu ibu si bayi untuk mengeluarkan ari-arinya.
"Bayinya duluan dibawa ke puskesmas karena posisinya asfiksia sedikit," kisahnya lebih lanjut.
Kita wanti-wanti, kata Anatasia, karena di situ udara terbuka, dingin. Bersyukur semuanya bisa diatasi.
Saat ini, ibu serta bayi perempuan seberat 3,2 kilogram dengan panjang 51 sentimeter itu dalam kondisi sehat.
"Terima kasih kepada anggota TNI AL yang saat itu juga turut membantu hingga semuanya berjalan lancar. Di dalam perahu itu kami seperti satu tim yang benar-benar berjuang untuk dua nyawa," tutur Anatasia.
Ia pun mengatakan bahwa itu pengalaman pertamanya membantu persalinan di atas perahu di tengah Sungai Kapuas
"Itu adalah pengalaman pertama rasanya bikin sport jantung iya, tapi sangat-sangat berkesan. Istilahnya menambah ilmu baru, mengasah ketrampilan menolong pasien di atas perahu dengan alat seadanya. Ibu dan bayi saat ini masih berada di Puskesmas Sekadau, sebenarnya ibunya mau pulang setelah enam jam juga ndak apa-apa. Cuma kondisi rumahnya lagi banjir, mungkin besok baru pulang," kata Anatasia.
Hingga saat ini Kabupaten Sekadau merupakan salah satu daerah banjir, yang merendam sejumlah wilayah di Sekadau Kalimantan Barat.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
Sekitar pukul 07.00 WIB, Jumat (19/11), Puskesmas Sekadau menerima telepon bahwa ada pasien yang mau melahirkan di Dusun Teribang, Desa Seberang Kapuas, Kecamatan Sekadau Hilir wilayah Sekadau.
Pihak Puskesmas pun mengutus dua bidan yaitu Anastasia Regina dan Yohana dibantu anggota TNI AL untuk menjemput pasien tersebut untuk di bawa ke Puskesmas Sekadau.
"Pas kebetulan piket, saya bersama Kak Yohana dan Kak Imel. Terus saya sama Kak Yohana pergi, karena mikir ibu ini melahirkan anak pertama. Katanya sakitnya (kontraksi) sudah sering," kata Bidan Puskesmas Sekadau Anatasia Regina, yang menolong persalinan di tengah Sungai Kapuas, di Sekadau Kalbar, Jumat.
Mendapati kabar tersebut lantas Kedua bidan tersebut berangkat ke Teribang dijemput oleh anggota TNI AL menggunakan perahu karet.
Saat akan berangkat ke Teribang, keluarga pasien menelepon dan mengatakan ketuban sudah pecah. Tiba di Teribang, mereka memutuskan untuk membawa ibu tersebut ke Puskesmas Sekadau.
Keputusan itu diambil bukan tanpa alasan. Mengingat kondisi banjir dan peralatan yang tidak memadai akhirnya mereka mengevakuasi ibu tersebut.
"Sampai ke sana (Teribang) pasien sudah pembukaan lengkap. Diperiksa, ketubannya tidak ada lagi, terus kami bawa (evakuasi). Hanya saja, lihat ibunya meneran ndak langsung keluar bayinya. Kami curiga jangan-jangan lilitan tali pusat atau apa gitu. Kami modal nekat. Pasien itu pun melahirkan di perahu, daripada nanti melahirkan di rumah tidak ada oksigen," ucap Anatasia.
Anatasia bersama rekannya mengaku sempat merasa khawatir, takutnya juga asfiksia. Rupanya di tengah-tengah Sungai Kapuas bayinya lahir,
"Awalnya (bayi) nangis. Cuman karena dingin dan kami ndak ada bawa penghisap lendir karena tadi saking terburu-buru sampai lupa, jadi sempat asfiksia," katanya.
Setelah perahu menepi, bayi tersebut dibawa bidan Yohana ke Puskesmas Sekadau untuk ditangani lebih lanjut.
Sementara Anatasia, masih harus membantu ibu si bayi untuk mengeluarkan ari-arinya.
"Bayinya duluan dibawa ke puskesmas karena posisinya asfiksia sedikit," kisahnya lebih lanjut.
Kita wanti-wanti, kata Anatasia, karena di situ udara terbuka, dingin. Bersyukur semuanya bisa diatasi.
Saat ini, ibu serta bayi perempuan seberat 3,2 kilogram dengan panjang 51 sentimeter itu dalam kondisi sehat.
"Terima kasih kepada anggota TNI AL yang saat itu juga turut membantu hingga semuanya berjalan lancar. Di dalam perahu itu kami seperti satu tim yang benar-benar berjuang untuk dua nyawa," tutur Anatasia.
Ia pun mengatakan bahwa itu pengalaman pertamanya membantu persalinan di atas perahu di tengah Sungai Kapuas
"Itu adalah pengalaman pertama rasanya bikin sport jantung iya, tapi sangat-sangat berkesan. Istilahnya menambah ilmu baru, mengasah ketrampilan menolong pasien di atas perahu dengan alat seadanya. Ibu dan bayi saat ini masih berada di Puskesmas Sekadau, sebenarnya ibunya mau pulang setelah enam jam juga ndak apa-apa. Cuma kondisi rumahnya lagi banjir, mungkin besok baru pulang," kata Anatasia.
Hingga saat ini Kabupaten Sekadau merupakan salah satu daerah banjir, yang merendam sejumlah wilayah di Sekadau Kalimantan Barat.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021