Pelaksanaan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua membawa berkah tersendiri bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) khususnya penjual kaus dan suvenir karena dapat menaikkan omzet penjualan mereka yang turun akibat pandemi COVID-19.
Salah satunya bagi Vebby Yandini asal Pasar Senen Jakarta yang turut mengais rejeki pada event yang dimulai sejak 5 November 2021. Perempuan berusia 38 tahun ini mengaku bersyukur dengan pelaksanaan Peparnas di Papua.
"Dengan adanya Peparnas dan juga Pekan Olahraga Nasional (PON) sebelumnya kami mendapatkan berkah, produk-produk yang kami jual sangat diminati pengunjung," kata Vebby di sekitar arena Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Minggu (7/11), seperti dikutip dari siaran pers Kominfo, Selasa.
Vebby merupakan pedagang asal Jakarta yang sengaja datang ke Papua untuk memanfaatkan event besar seperti PON XX dan Peparnas XVI. Dagangan yang dijual berupa kaus, topi, pin, dan cenderamata lainya berciri khas PON dan Peparnas Papua.
"Setiap ada event besar di provinsi manapun kami selalu hadir, karena tahun ini event besarnya adalah PON dan Peparnas di Papua jadi kami ke sini," ujarnya.
Menurut Vebby, semenjak pandemi COVID-19 melanda setahun lebih ini, omzet dagangannya sangat menurun. Tapi setelah datang ke Papua karena ada event PON dan Peparnas omzetnya langsung naik. Terhitung rata-rata pendapatan sehari bisa Rp5 juta kalaupun sepi paling tidak Rp2 juta per hari bisa diraup.
"Kami bersyukur bisa memeriahkan event besar ini dan ternyata Papua tidak seburuk yang dibayangkan. Masyarakat Papua sangat baik dan ramah, keamanannya pun terjamin," katanya lagi.
Ibu tiga anak ini juga menambahkan bahwa untuk sewa tenda di sini seharga Rp300.000 per hari saat Peparnas, tapi waktu PON Oktober lalu harga sewanya lebih tinggi yaitu Rp500.000 per hari.
"Meski harga sewa lapak atau tenda ini mahal, tapi alhamdulillah sebanding dengan pendapatan sehari dan kenapa harga barang yang dijual mahal karena barang-barang ini didatangkan dari Jakarta dengan biaya angkut yang mahal juga," ujarnya lagi.
Vebby mengaku sudah membuka lapak di Peparnas ini sejak 3 November 2021, dan akan selesai masa kontraknya 15 November 2021. "Jadi sebenarnya kami sudah hampir dua bulan di Papua sejak ada PON sebelumnya," katanya.
Harapan agar produk UMKM terjual laris juga dilontarkan salah satu penjual kaos dan suvenir khas lainnya yang berdagang di depan Stadion Lukas Enembe.
"Harapan kami sama di event Peparnas Papua 2021 banyak pembeli seperti PON XX yang lalu," kata Tri, salah satu penjual kaos asal Medan di tempat yang sama.
Tri mengaku, saat PON berlangsung, dagangannya laris manis dan bisa menghasilkan omzetnya lebih dari Rp1 juta perhari. Barang dagangannya pada umumnya dibeli oleh atlet dan ofisial kontingen daerah maupun warga Papua sendiri.
"Mudah-mudahan di hari berikutnya event Peparnas ini, banyak pembelinya, mengingat masih berlangsung hingga 15 November 2021," ujarnya.
Tri bersama-sama pedagang lainnya berharap besar agar acara Peparnas Papua ini mendatangkan rejeki tersendiri bagi pelaku UMKM.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
Salah satunya bagi Vebby Yandini asal Pasar Senen Jakarta yang turut mengais rejeki pada event yang dimulai sejak 5 November 2021. Perempuan berusia 38 tahun ini mengaku bersyukur dengan pelaksanaan Peparnas di Papua.
"Dengan adanya Peparnas dan juga Pekan Olahraga Nasional (PON) sebelumnya kami mendapatkan berkah, produk-produk yang kami jual sangat diminati pengunjung," kata Vebby di sekitar arena Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Minggu (7/11), seperti dikutip dari siaran pers Kominfo, Selasa.
Vebby merupakan pedagang asal Jakarta yang sengaja datang ke Papua untuk memanfaatkan event besar seperti PON XX dan Peparnas XVI. Dagangan yang dijual berupa kaus, topi, pin, dan cenderamata lainya berciri khas PON dan Peparnas Papua.
"Setiap ada event besar di provinsi manapun kami selalu hadir, karena tahun ini event besarnya adalah PON dan Peparnas di Papua jadi kami ke sini," ujarnya.
Menurut Vebby, semenjak pandemi COVID-19 melanda setahun lebih ini, omzet dagangannya sangat menurun. Tapi setelah datang ke Papua karena ada event PON dan Peparnas omzetnya langsung naik. Terhitung rata-rata pendapatan sehari bisa Rp5 juta kalaupun sepi paling tidak Rp2 juta per hari bisa diraup.
"Kami bersyukur bisa memeriahkan event besar ini dan ternyata Papua tidak seburuk yang dibayangkan. Masyarakat Papua sangat baik dan ramah, keamanannya pun terjamin," katanya lagi.
Ibu tiga anak ini juga menambahkan bahwa untuk sewa tenda di sini seharga Rp300.000 per hari saat Peparnas, tapi waktu PON Oktober lalu harga sewanya lebih tinggi yaitu Rp500.000 per hari.
"Meski harga sewa lapak atau tenda ini mahal, tapi alhamdulillah sebanding dengan pendapatan sehari dan kenapa harga barang yang dijual mahal karena barang-barang ini didatangkan dari Jakarta dengan biaya angkut yang mahal juga," ujarnya lagi.
Vebby mengaku sudah membuka lapak di Peparnas ini sejak 3 November 2021, dan akan selesai masa kontraknya 15 November 2021. "Jadi sebenarnya kami sudah hampir dua bulan di Papua sejak ada PON sebelumnya," katanya.
Harapan agar produk UMKM terjual laris juga dilontarkan salah satu penjual kaos dan suvenir khas lainnya yang berdagang di depan Stadion Lukas Enembe.
"Harapan kami sama di event Peparnas Papua 2021 banyak pembeli seperti PON XX yang lalu," kata Tri, salah satu penjual kaos asal Medan di tempat yang sama.
Tri mengaku, saat PON berlangsung, dagangannya laris manis dan bisa menghasilkan omzetnya lebih dari Rp1 juta perhari. Barang dagangannya pada umumnya dibeli oleh atlet dan ofisial kontingen daerah maupun warga Papua sendiri.
"Mudah-mudahan di hari berikutnya event Peparnas ini, banyak pembelinya, mengingat masih berlangsung hingga 15 November 2021," ujarnya.
Tri bersama-sama pedagang lainnya berharap besar agar acara Peparnas Papua ini mendatangkan rejeki tersendiri bagi pelaku UMKM.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021