Samarinda (ANTARA Kaltim) - DPRD Kalimantan Timur mendesak Pemprov Kaltim turun tangan membantu warga perbatasan menyusul terhentinya penerbangan bersubsidi sejak 31 Desember 2012.
"Kami mendesak Pemprov Kaltim membantu warga perbatasan Apau Kayan. Mereka tak bisa dibiarkan menunggu dalam ketidakpastian. Ada yang mau berobat, ada pula mahasiswa yang mau kembali kuliah, juga warga yang menjenguk sanak saudara mereka di Samarinda dan sebaliknya. Mereka harus dibantu dapat terbang dengan harga tiket yang terjangkau," kata Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Dahri Yasin,di Samarinda, Minggu (24/3).
Akibat terhentinya penerbangan bersubsidi itu, ribuan warga perbatasan kesulitan akses menuju Samarinda dan sebaliknya akibat perusahaan pemenang lelang penerbangan bersubsidi hingga sekarang belum juga melayani mereka.
Dahri mengatakan pada pertemuan Komisi I dengan Dinas Perhubungan Kaltim sebenarnya sudah disepakati agar Pemprov menggunakan dana tanggap darurat guna membiayai subsidi penerbangan kawan-kawan dari perbatasan.
"Dan kami juga merekomendasikan agar Pemprov berkonsultasi dengan BPKP atau BPK untuk masalah penggunaan dana darurat tersebut, sehingga tidak berpotensi menjadi persoalan hukum. Intinya kawan-kawan dari perbatasan ini harus dibantu," kata Dahri.
Tokoh masyarakat Apau Kayan, Ingkong Ala,mengatakan, informasi dari manajemen Bandara Temindung selaku pelaksana anggaran penerbangan bersubsidi ke perbatasan, sudah dilaksanakan lelang dengan pemenang PT Aviastar, namun realisasinya terkendala anggaran pada APBN yang masih diberi tanda bintang.
"Ini masyarakat perbatasan tidak mau tahu. Tuntutan kami, penerbangan bersubsidi ke perbatasan ini harus segera beroperasi lagi. Sudah tiga bulan rakyat perbatasan menderita karena tak ada penerbangan bersubsidi," kata Ingkong Ala.
Masyarakat Apau Kayan yang tak memiliki pilihan lagi, menurut dia, terpaksa menempuh perjalanan darat dengan sangat medan berat selama empat hari empat malam menuju Samarinda, melewati wilayah Malinau tembus ke Kutai Barat yakni dari Sei Barang-Mahak Baru-Long Bagun-Samarinda.
Sedangkan Kepala Adat Besar Apau Kayan, Ibau Ala mengatakan rakyat Apau Kayan tak mampu membeli tiket penerbangan regular Susi Air seharga Rp1,7 juta.
"Berhentinya penerbangan bersubsidi juga membuat harga kebutuhan pokok yang sudah mahal naik lagi hingga 100 persen. Kalau di kota harga bawang Rp70 ribu masyarakat sudah protes, kami di perbatasan sudah bertahun-tahun membeli harga kebutuhan pokok dengan harga selangit. Apalagi dengan tak adanya penerbangan bersubsidi sekarang," kata Ibau Ala. (Humas DPRD Kaltim/adv/bar/mir)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
"Kami mendesak Pemprov Kaltim membantu warga perbatasan Apau Kayan. Mereka tak bisa dibiarkan menunggu dalam ketidakpastian. Ada yang mau berobat, ada pula mahasiswa yang mau kembali kuliah, juga warga yang menjenguk sanak saudara mereka di Samarinda dan sebaliknya. Mereka harus dibantu dapat terbang dengan harga tiket yang terjangkau," kata Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Dahri Yasin,di Samarinda, Minggu (24/3).
Akibat terhentinya penerbangan bersubsidi itu, ribuan warga perbatasan kesulitan akses menuju Samarinda dan sebaliknya akibat perusahaan pemenang lelang penerbangan bersubsidi hingga sekarang belum juga melayani mereka.
Dahri mengatakan pada pertemuan Komisi I dengan Dinas Perhubungan Kaltim sebenarnya sudah disepakati agar Pemprov menggunakan dana tanggap darurat guna membiayai subsidi penerbangan kawan-kawan dari perbatasan.
"Dan kami juga merekomendasikan agar Pemprov berkonsultasi dengan BPKP atau BPK untuk masalah penggunaan dana darurat tersebut, sehingga tidak berpotensi menjadi persoalan hukum. Intinya kawan-kawan dari perbatasan ini harus dibantu," kata Dahri.
Tokoh masyarakat Apau Kayan, Ingkong Ala,mengatakan, informasi dari manajemen Bandara Temindung selaku pelaksana anggaran penerbangan bersubsidi ke perbatasan, sudah dilaksanakan lelang dengan pemenang PT Aviastar, namun realisasinya terkendala anggaran pada APBN yang masih diberi tanda bintang.
"Ini masyarakat perbatasan tidak mau tahu. Tuntutan kami, penerbangan bersubsidi ke perbatasan ini harus segera beroperasi lagi. Sudah tiga bulan rakyat perbatasan menderita karena tak ada penerbangan bersubsidi," kata Ingkong Ala.
Masyarakat Apau Kayan yang tak memiliki pilihan lagi, menurut dia, terpaksa menempuh perjalanan darat dengan sangat medan berat selama empat hari empat malam menuju Samarinda, melewati wilayah Malinau tembus ke Kutai Barat yakni dari Sei Barang-Mahak Baru-Long Bagun-Samarinda.
Sedangkan Kepala Adat Besar Apau Kayan, Ibau Ala mengatakan rakyat Apau Kayan tak mampu membeli tiket penerbangan regular Susi Air seharga Rp1,7 juta.
"Berhentinya penerbangan bersubsidi juga membuat harga kebutuhan pokok yang sudah mahal naik lagi hingga 100 persen. Kalau di kota harga bawang Rp70 ribu masyarakat sudah protes, kami di perbatasan sudah bertahun-tahun membeli harga kebutuhan pokok dengan harga selangit. Apalagi dengan tak adanya penerbangan bersubsidi sekarang," kata Ibau Ala. (Humas DPRD Kaltim/adv/bar/mir)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013