Nunukan (ANTARA Kaltim) - KRI Halim Perdanakusuma di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, mendapatkan perintah untuk meningkatkan patroli di wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia menyusul terjadinya konflik di Sabah, Malaysia.
Komandan KRI Abdul Halim Perdanakusuma Letkol Laut Kemas Muhammad Ikwan di Nunukan, Rabu, menjelaskan keberadaan kapal tersebut merupakan penugasan rutin menjaga keamanan laut di wilayah perbatasan bersama dengan lima KRI lainnya.
"Kami berada di sini, sebagaimana tugas rutin TNI AL menjaga perairan perbatasan," ujarnya.
Ia menambahkan, berkaitan dengan dinamika yang terjadi di Sabah antara pasukan Kesultanan Sulu Filipina dengan pemerintah Malaysia maka patroli kali ini lebih ditingkatkan.
Selama menggelar patroli rutin di perairan perbatasan di Kabupaten Nunukan, Kemas mengakui belum menemukan hal-hal yang dapat mengganggu keamanan Indonesia sebagai dampak dari konflik Sabah tersebut.
"Sejak terjadi dinamika di Sabah kami mendapatkan perintah dari atasan agar patroli lebih ditingkatkan. Namun selama kejadian di negara tetangga tersebut belum menemukan hal-hal yang sangat berarti sebagi dampak dari konflik di negara tetangga," kata Kemas di KRI Abadul Halim Perdanakusuma, salah satu kapal perang yang disiagakan di wilayah perbatasan dengan Malaysia tersebut.
Walaupun demikian, dia mengatakan tetap waspada dan mengantisipasi terjadinya gangguan keamanan yang mungkin saja bisa terjadi misalnya eksodus TKI dari Sabah.
Kemas menambahkan, KRI Abdul Halim Perdanakusuma hampir dua bulan menggelar patroli rutin di laut termasuk di wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia di perairan Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Sabah Malaysia tersebut.
Menurutnya, selain KRI Abdul Halim Perdanakusuma terdapat lima kapal perang lainnya yang siaga di sekitar wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan.
"Jadi, terdapat enam kapal (perang) yang disiagakan saat ini yang semuanya berada di sekitar wilayah perairan Kabupaten Nunukan. Tapi tidak ditempatkan pada satu titik," ungkapnya.
Selama patroli tersebut, lanjut Kemas, KRI yang dilengkapi dengan persenjataan canggih buatan China ini mobile melakukan deteksi terhadap segala kemungkinan yang mengganggu keamanan di perairan khususnya di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Ambang Batas Laut (Ambalat) Kabupaten Nunukan.
Meskipun tidak ada kejadian serius yang dianggap dapat mengganggu keamanan wilayah perbatasan di laut, namun Kemas mengakui bahwa seringkali menemukan kapal yang berusaha merapat ke zona terlarang di wilayah perbatasan.
"Memang selama menggelar patroli seringkali menemukan adanya hal-hal yang mencurigakan di wilayah perbatasan laut kita dengan Malaysia tetapi tidak menjurus pada indikasi pelanggaran hukum. Jadi kita sempat memeriksa semuanya," ujarnya.
KRI tersebut merupakan jenis pengawal komvoi kapal perang yang didesain untuk mengantisipasi ancaman pada tiga dimensi, kata Kemas lagi.
"KRI Abdul Halim Perdanakusuma ini didesain khusus untuk mengantisipasi ancaman tiga dimensi dengan menggunakan peralatan perpaduan teknologi dan kejelian operator," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Komandan KRI Abdul Halim Perdanakusuma Letkol Laut Kemas Muhammad Ikwan di Nunukan, Rabu, menjelaskan keberadaan kapal tersebut merupakan penugasan rutin menjaga keamanan laut di wilayah perbatasan bersama dengan lima KRI lainnya.
"Kami berada di sini, sebagaimana tugas rutin TNI AL menjaga perairan perbatasan," ujarnya.
Ia menambahkan, berkaitan dengan dinamika yang terjadi di Sabah antara pasukan Kesultanan Sulu Filipina dengan pemerintah Malaysia maka patroli kali ini lebih ditingkatkan.
Selama menggelar patroli rutin di perairan perbatasan di Kabupaten Nunukan, Kemas mengakui belum menemukan hal-hal yang dapat mengganggu keamanan Indonesia sebagai dampak dari konflik Sabah tersebut.
"Sejak terjadi dinamika di Sabah kami mendapatkan perintah dari atasan agar patroli lebih ditingkatkan. Namun selama kejadian di negara tetangga tersebut belum menemukan hal-hal yang sangat berarti sebagi dampak dari konflik di negara tetangga," kata Kemas di KRI Abadul Halim Perdanakusuma, salah satu kapal perang yang disiagakan di wilayah perbatasan dengan Malaysia tersebut.
Walaupun demikian, dia mengatakan tetap waspada dan mengantisipasi terjadinya gangguan keamanan yang mungkin saja bisa terjadi misalnya eksodus TKI dari Sabah.
Kemas menambahkan, KRI Abdul Halim Perdanakusuma hampir dua bulan menggelar patroli rutin di laut termasuk di wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia di perairan Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Sabah Malaysia tersebut.
Menurutnya, selain KRI Abdul Halim Perdanakusuma terdapat lima kapal perang lainnya yang siaga di sekitar wilayah perairan perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan.
"Jadi, terdapat enam kapal (perang) yang disiagakan saat ini yang semuanya berada di sekitar wilayah perairan Kabupaten Nunukan. Tapi tidak ditempatkan pada satu titik," ungkapnya.
Selama patroli tersebut, lanjut Kemas, KRI yang dilengkapi dengan persenjataan canggih buatan China ini mobile melakukan deteksi terhadap segala kemungkinan yang mengganggu keamanan di perairan khususnya di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Ambang Batas Laut (Ambalat) Kabupaten Nunukan.
Meskipun tidak ada kejadian serius yang dianggap dapat mengganggu keamanan wilayah perbatasan di laut, namun Kemas mengakui bahwa seringkali menemukan kapal yang berusaha merapat ke zona terlarang di wilayah perbatasan.
"Memang selama menggelar patroli seringkali menemukan adanya hal-hal yang mencurigakan di wilayah perbatasan laut kita dengan Malaysia tetapi tidak menjurus pada indikasi pelanggaran hukum. Jadi kita sempat memeriksa semuanya," ujarnya.
KRI tersebut merupakan jenis pengawal komvoi kapal perang yang didesain untuk mengantisipasi ancaman pada tiga dimensi, kata Kemas lagi.
"KRI Abdul Halim Perdanakusuma ini didesain khusus untuk mengantisipasi ancaman tiga dimensi dengan menggunakan peralatan perpaduan teknologi dan kejelian operator," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013