Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Ketua DPRD Balikpapan Andi Burhanuddin Solong berjanji untuk meninjau kembali keputusan DPRD Balikpapan yang mencoret anggaran Rp1,6 miliar untuk Kawasan Wisata dan Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH).
"Kami akan pertimbangkan lagi terhadap anggaran KWPLH yang sempat dicoret," kata Solong saat ditemui di sela-sela HUT Kota Balikpapan yang ke-116, Senin.
KWPLH adalah lembaga di bawah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yang memelihara 6 ekor beruang madu (Helarctos malayanus), hewan maskot kota Balikpapan di kawasan seluas 9 hektare di Karang Joang, Km 23 Jalan Soekarno-Hatta.
Dia menambahkan, termasuk dipertimbangkan kembali juga rencana pemindahan beruang madu KWPLH tersebut ke lokasi milik PT Inhutani di Km 10 Jalan Soekarno-Hatta.
Solong juga mengungkapkan, ia menerima banyak sekali surat dari dalam dan luar negeri yang meminta DPRD Balikpapan untuk melakukan pertimbangan kembali tersebut.
Ada dari Vietnam, Amerika, Eropa, dari Indonesia juga banyak. Ada dari lembaga, ada dari perorangan. Saya sangat berterimakasih atas kepedulian mereka, ujarnya.
Memasuki tahun 2013, KWPLH dikejutkan oleh keputan DPRD Balikpapan untuk tidak menyetujui anggaran operasional sebesar Rp1,6 miliar yang diajukan BLH untuk kawasan tersebut.
Anggaran itu terutama kami gunakan untuk mengurusi seluruh kebutuhan beruang madu dan kawasan ini, kata Hamsuri Indra, Direktur KWPLH.
Beruang madu dan tempat pemeliharaannya yang serupa habitat alaminya memang daya tarik utama KWPLH. Ia menarik minat mulai dari anak kecil pra sekolah hingga mahasiswa pasca sarjana dan banyak peneliti bergelar doktor.
Di tempat itu, beruang berada dalam hutan alam seluas 1,3 hektare yang dipagari kawat berlistrik. Pada jam tertentu, yaitu pukul 09.00 dan 15.00 mereka keluar untuk mengambil makanan yang disediakan petugas KWPLH di tepi hutan.
Untuk anak-anak, ini tempat yang sangat bagus untuk secara nyata menyampaikan pendidikan lingkungan hidup, bahwa kita manusia tidak hidup sendirian di alam dan ada makhluk lain, binatang dan tumbuhan yang hidup bersama kita.
"Kita manusia tidak boleh serakah ingin mengambil semuanya dari alam," jelas Ita, guru TK-Kelompok Bermain Sekar Arum yang membawa murid-muridnya belajar dan bermain di KWPLH, Minggu (10/2).
Bersama guru-guru lain, ia tampak kerepotan meminta murid-muridnya untuk tenang dan tidak ribu, karena beruang madu yang pemalu memilih kabur dan bersembunyi bila ada suara berisik.
Para peneliti umumnya peneliti asing dari Eropa dan Amerika seperti Gabriella Fredrikkson yang sudah bertahun-tahun tinggal di Balikpapan untuk meneliti satwa.
"Tempat ini yang terbaik di Asia, dan Malaysia dan beberapa negara lain sedang belajar di sini untuk membuat tempat yang sama di negaranya," kata Nunuk Kasiyanto, aktivis lingkungan yang sudah melanglang buana ke berbagai belahan dunia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
"Kami akan pertimbangkan lagi terhadap anggaran KWPLH yang sempat dicoret," kata Solong saat ditemui di sela-sela HUT Kota Balikpapan yang ke-116, Senin.
KWPLH adalah lembaga di bawah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yang memelihara 6 ekor beruang madu (Helarctos malayanus), hewan maskot kota Balikpapan di kawasan seluas 9 hektare di Karang Joang, Km 23 Jalan Soekarno-Hatta.
Dia menambahkan, termasuk dipertimbangkan kembali juga rencana pemindahan beruang madu KWPLH tersebut ke lokasi milik PT Inhutani di Km 10 Jalan Soekarno-Hatta.
Solong juga mengungkapkan, ia menerima banyak sekali surat dari dalam dan luar negeri yang meminta DPRD Balikpapan untuk melakukan pertimbangan kembali tersebut.
Ada dari Vietnam, Amerika, Eropa, dari Indonesia juga banyak. Ada dari lembaga, ada dari perorangan. Saya sangat berterimakasih atas kepedulian mereka, ujarnya.
Memasuki tahun 2013, KWPLH dikejutkan oleh keputan DPRD Balikpapan untuk tidak menyetujui anggaran operasional sebesar Rp1,6 miliar yang diajukan BLH untuk kawasan tersebut.
Anggaran itu terutama kami gunakan untuk mengurusi seluruh kebutuhan beruang madu dan kawasan ini, kata Hamsuri Indra, Direktur KWPLH.
Beruang madu dan tempat pemeliharaannya yang serupa habitat alaminya memang daya tarik utama KWPLH. Ia menarik minat mulai dari anak kecil pra sekolah hingga mahasiswa pasca sarjana dan banyak peneliti bergelar doktor.
Di tempat itu, beruang berada dalam hutan alam seluas 1,3 hektare yang dipagari kawat berlistrik. Pada jam tertentu, yaitu pukul 09.00 dan 15.00 mereka keluar untuk mengambil makanan yang disediakan petugas KWPLH di tepi hutan.
Untuk anak-anak, ini tempat yang sangat bagus untuk secara nyata menyampaikan pendidikan lingkungan hidup, bahwa kita manusia tidak hidup sendirian di alam dan ada makhluk lain, binatang dan tumbuhan yang hidup bersama kita.
"Kita manusia tidak boleh serakah ingin mengambil semuanya dari alam," jelas Ita, guru TK-Kelompok Bermain Sekar Arum yang membawa murid-muridnya belajar dan bermain di KWPLH, Minggu (10/2).
Bersama guru-guru lain, ia tampak kerepotan meminta murid-muridnya untuk tenang dan tidak ribu, karena beruang madu yang pemalu memilih kabur dan bersembunyi bila ada suara berisik.
Para peneliti umumnya peneliti asing dari Eropa dan Amerika seperti Gabriella Fredrikkson yang sudah bertahun-tahun tinggal di Balikpapan untuk meneliti satwa.
"Tempat ini yang terbaik di Asia, dan Malaysia dan beberapa negara lain sedang belajar di sini untuk membuat tempat yang sama di negaranya," kata Nunuk Kasiyanto, aktivis lingkungan yang sudah melanglang buana ke berbagai belahan dunia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013