Pemerintah Indonesia terus memperkuat kerja sama bilateral di sektor energi dengan Amerika Serikat melalui pertemuan rutin setiap dua tahun bertajuk Indonesia-U.S Energy Policy Dialogue.


"Saat ini Kementerian ESDM telah merumuskan Grand Strategi Energi Nasional untuk mencapai target ideal dalam hal ketahanan energi, bauran energi, pengurangan emisi, dan dampak ekonomi," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dalam pertemuan itu yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Beberapa kebijakan utama dalam strategi tersebut, antara lain mempercepat pengembangan energi terbarukan, meningkatkan produksi gas, meningkatkan infrastruktur jaringan listrik dan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik baterai.

Ego mengungkapkan semua kebijakan global bergerak menuju transisi energi dan netralitas karbon.

Saat ini, pemerintah Indonesia sedang menyusun perencanaan strategi jangka panjang tentang pasokan dan permintaan energi untuk mencapai netralitas karbon pada 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional.

Target itu dapat diupayakan melalui beberapa strategi. Pertama, pengembangan energi baru dan terbarukan yang masif mencakup semua pembangkit listrik energi terbarukan, nuklir, hidrogen, dan sistem penyimpanan energi baterai.

Kedua, mengurangi penggunaan energi fosil melalui penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara dan pembangkit listrik siklus gabungan secara bertahap.

Pemerintah Indonesia menjamin tidak ada pembangkit listrik batu bara tambahan kecuali sudah memiliki perjanjian pembelian daya atau dalam tahap konstruksi, antara lain dengan penyebaran teknologi penangkapan karbon untuk minyak dan gas bumi serta pembangkit listrik, dan konversi pembangkit listrik tenaga diesel menjadi pembangkit listrik energi baru atau terbarukan.

"Terakhir, melalui pengembangan interkoneksi transmisi dan smart grid di pulau-pulau besar," ujar Ego.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat melalui kedutaannya di Jakarta menyampaikan bahwa kerja sama bilateral ini merupakan pekerjaan penting bagi kedua negara karena bisa bertukar pikiran, meningkatkan momentum dan kecepatan seiring ada konferensi perubahan iklim COP26 di Glasgow, Inggris, pada November 2021.

"Ambisi kolektif seperti perubahan iklim adalah hal penting mari terus melanjutkan progres. Hal ini bukanlah isu bilateral dan politis semata, bukan untuk kita, tapi untuk anak-anak kita dan planet kita," kata Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Michael Kleine.

Pertemuan bilateral kedua negara masih berlangsung secara berurutan dalam dua sesi. Pertama, membahas sektor energi dan integrasi energi terbarukan, serta teknologi rendah karbon.

Adapun sesi kedua membahas energi fosil, sektor pertambangan untuk mendukung transisi energi dan investasi dalam tajuk energi transisi.

Dialog rutin dua tahun sekali itu dilakukan secara bergantian di Indonesia dan Amerika Serikat. Namun, pertemuan keenam kali ini dilakukan secara virtual yang berlangsung pada 1-2 September 2021.


 

Pewarta: Sugiharto Purnama

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021