Dalam momen Hari Orangutan Sedunia 19 Agustus 2021, Chief Executive Officer (CEO) Yayasan Penyelamatan Orangutan Kalimantan (Borneo Orangutan Survival Foundation, BOSF) Jamartin Sihite mengingatkan pentingnya keberadaan orangutan (Pongo pygmaeus) di alam.
 

“Orangutan itu spesies payung, jadi spesies yang membantu keberadaan spesies lain di hutan,” jelas Jamartin Sihite, Kamis.

Orangutan adalah pemakan buah-buahan. Setiap hari ia berkeliling dalam radius tidak kurang dari 100 hektare hutan untuk mencari buah makanannya tersebut.

Pada saat yang sama, melalui feses atau kotorannya, orangutan menyebarkan biji dari buah yang dimakannya.

Feses dan urinnya juga dapat berlaku sebagai pupuk bagi biji atau bibit tanaman tersebut.

Kemudian, menjelang malam, orangutan akan membuat sarang di puncak pohon. Bahannya dari ranting dan dedaunan.

“Saat mengambil ranting dan daun itu, orangutan membuka kanopi hutan dan memungkinkan cahaya menembus masuk ke lantai hutan,” jelas Jamartin lagi.

Cahaya diperlukan untuk proses fotosintesis atau proses tumbuhan memadukan air, udara, dan berbagai zat lain dengan bantuan sinar matahari untuk makanannya.

“Karena itu orangutan sangat penting keberadaannya untuk kelestarian hutan,” tegas Jamartin.

Selanjutnya, hutan penting bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Hutan adalah tempat memproduksi oksigen, gas yang digunakan manusia untuk bernapas.

Hutan juga penjaga siklus air, zat yang menjadi kebutuhan dasar manusia.

Sejak berdiri tahun 1991, BOSF adalah upaya untuk mengembalikan orangutan kembali ke hutan habitatnya.

Karena berbagai kepentingan, hutan habitat orangutan beralihfungsi dan membuat satwa ini terusir dari tempat hidupnya itu. Atau juga orangutan yang diambil dari habitatnya dan dipaksa hidup bersama manusia.

“Dan kita tahu orangutan tidak bisa dilepas dikembalikan ke hutan begitu saja, banyak hal yang dilakukan sebelum itu. Dan yang terakhir sekarang, bukan lagi soal orangutannya tidak bisa dilepas liar atau tidak, tapi ke hutan mana melepasliarnya,” papar Jamartin dalam kesempatan lain.

Para aktivis penyelamat orangutan pun merespon dengan membuat program sekolah hutan untuk mengembalikan naluri dan keterampilan orangutan bertahan hidup di alam, kemudian dengan berbagai upaya mendirikan perusahaan untuk bisa mendapatkan hak pengelolaan hutan di mana orangutan bisa dilepasliarkan.

“Yang kita perlukan itu aksi nyata,” kata Jamartin.

CEO BOSF Jamartin Sihite di pelepasliaran orangutan di Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu. (novi abdi/Antara)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021