Tanjung Redeb  (ANTARA Kaltim) - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyatakan kekagumannya terhadap proyek pembangunan pemukiman Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang dihuni komunitas Dayak Punan Basap di Kecamatan Gunung Tabur, Berau, Kalimantan Timur.

"Waktu saya lihat pertama kali, saya pikir resor, (pemukiman) ini bagus sekali. Semoga bisa menjadi contoh bagi perusahaan lain, dan ditiru di daerah selain Kabupaten Berau," ujar Menko Kesra Agung Laksono, Jumat sore, ketika meresmikan pemukiman KAT di Km 10 Lati, Kecamatan Gunung Tabur, Berau.

Pemukiman yang dibangun PT Berau Coal yang merupakan perusahaan batu bara terbesar di Berau itu berjumlah 18 unit, berasal dari program "resettlement" PT Berau Coal bekerja sama dengan Pemkab Berau.

Dari hunian untuk 18 unit yang masuk dalam program, saat ini baru terealisasi 12 bangunan dengan tipe 60 di atas lahan seluas lebih kurang 73 hektare.

Untuk Kabupaten Berau masih sekitar 5.000 penduduk dari Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang masih perlu mendapat perhatian. Sebagai rakyat Indonesia, KAT memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan pemerintah di sektor dasar seperti pendidikan, kesehatan dan pendapatan.

Secara bertahap namun pasti, KAT yang ada, baik Berau maupun daerah lain di Indonesia akan dimasukan dalam program yang telah disusun pemerintah pusat.

Namun demikian, nominal anggaran dari program tersebut belum dapat dipastikan.

Dari 26 permasalahan sosial di Indonesia, satu di antaranya menurut Agung Laksono adalah mengelola pemukiman adat terpencil.

"Itu tanggung jawab pemerintah daerah yang juga didukung oleh pemerintah pusat melalui program yang telah ada, untuk masalah pendapatan, khusus adat terpencil kita bisa masukkan dalam program PNPM seperti dana bergulir," katanya.

Menko Kesra juga sempat meminta salah satu warga pemukiman untuk berdialog dengannya. Saad (40), warga asli dayak Punan Basap, mengaku bersyukur dengan adanya bantuan rumah dari PT Berau Coal yang lebih layak untuk dihuni.

Ketika Menko Kesra menanyakan soal anak, Saad mengaku punya empat anak kandung dan 4 anak tiri. Meskipun tidak pernah sekolah, Saad berharap pendidikan anaknya bisa setinggi-tingginya walaupun satu anaknya sudah putus sekolah.

"Itu perlu perhatian pemerintah daerah, khususnya dinas pendidikan jangan sampai ada anak putus sekolah, kita ada bea siswa khusus untuk orang tidak mampu," ujar Agung.



Beri manfaat

Bupati Berau Makmu HAPK menyatakan, PT Berau Coal sudah memberikan banyak bantuan dan dukungan bagi Pemkab selama ini.

"Dan kali ini ditunjukkan bagi komunitas adat terpencil Dayak Punan Basap. Ini bisa memberikan manfaat bagi pemberdayaan masyarakat terpencil yang ada di Berau," ujarnya.

Menurut Ferial Martifauzi, Director Corp Support PT Berau Coal, selain 18 unit rumah itu, Berau Coal juga melakukan program sama di Meraang kampung Tumbit Melayu untuk warga RT 8 dan 9 yang berjumlah 318 jiwa atau 82 kepala Keluarga (KK).

Total banguna untuk Meraang sebanyak 28 unit namun baru selesai 9 unit sementara sisanya masih dalam tahap penyelesaian.

Di samping itu, masih untuk warga Meraang yang akan dipindahkan ke RT 5, akan menempati 39 unit rumah yang sama.

"Setelah program ini, Berau Coal akan melanjutkan dengan program pengembangan ekonomi berkelanjutan selama 2 sampai 3 tahun untuk warga kilomter 2 lati, dan RT 5 dan RT 10 Meraang," ujar Ferial.

Untuk total anggaran dari program lanjutan bagi dua kawasan tersebut, menurutnya, telah disiapkan anggaran sebesar Rp30 miliar yang diarahkan pada sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi. (*)

Pewarta: Helda Mildiana

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013