Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur berupaya menurunkan angka stunting yang saat ini masih 26 persen ke separuhnya pada 2024, karena stunting tidak hanya terlihat dari pertumbuhan fisik yang kerdil, tapi juga berpengaruh pada pertumbuhan otak.
 

"Dasar penurunan stunting kita adalah Instruksi Gubernur Kaltim Nomor 5/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting," ujar Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kaltim Noryani Sorayalita di Samarinda, Jumat.

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama, atau 1.000 hari pertama kehidupan bagi anak.

Kondisi ini kemudian menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih pendek (kerdil) dari standar usianya atau dari teman-teman sebaya.

"Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa anak menjadi stunting, salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah tingkat asupan gizi," ucap Noryani.

Menurutnya, kebutuhan akan gizi terhadap anak sangat penting untuk pertumbuhan, terutama perkembangan otak dalam 1.000 hari pertama kehidupan, karena pada masa ini kecerdasan anak tumbuh pesat.

Untuk memastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi, diharapkan orang tua memberikan makanan dan minuman bergizi setiap hari, yakni selain pemberian ASI bisa ditambahkan dengan susu formula agar makin optimal.

"Saat ini kasus stunting di Kaltim tercatat 26 persen yang akan terus diturunkan. Di sisi lain, secara nasional kita berada di urutan ke- 5 dari 10 negara dengan angka stunting tertinggi di dunia," ujar Noryani.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021