Penajam (ANTARA Kaltim) - Sekitar 70 hektare dari total 876 hektare areal persawahan di Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, sudah berubah menjadi kebun kelapa sawit.
"Jumlah luasan lahan persawahan akan terus menurun, bila tidak ada larangan dari pemerintah agar petani tidak lagi menanam kelapa sawit di atas areal persawahan," ungkap Kepala Desa Sebakung Jaya, Muharis, Jumat.
Ia menjelaskan, sampai sekarang pihaknya belum bisa melarang para petani untuk menanam kelapa sawit di atas lahan mereka.
"Kami mau ngomong apa, kalau aturannya belum ada. Kan tidak bisa dilarang, tinggal sekarang hanya memberikan pengertian kepada petani, bahwa bila tidak menanam padi, produksi beras akan turun," katanya.
Meski memerlukan waktu lebih lama sekitar 3 tahun untuk panen pertama, menanam kelapa sawit memang cukup menguntungkan dibandingkan dengan padi. Karena bila menanam padi dan mengalami gagal panen, maka petani langsung bangkrut.
"Biaya yang dikeluarkan sekali musim tanam juga tidak sedikit, sehingga bila produksi menurun maka petani jelas akan mengalami kerugian," ujar Muharis.
Selama ini, tambahnya, aparat desa sudah memberikan arahan dan pengertian kepada para petani, agar tetap menanam padi. Apalagi selama ini Desa Sebakung Jaya menjadi salah satu lumbung padi di PPU.
Di sisi lain, diungkapkan Gatot, ketua perkumpulan petani pengguna air (P3A) Desa Sebakung Jaya, sawah-sawah yang sudah berubah menjadi kebun sawit dan berbatasan dengan lahan yang masih berupaa sawah, menjadi tempat persembunyian tikus.
Tikus-tikus itu kemudian menyerang persawahan dan membuat panen petani menurun hingga 50 persen. Ini sudah terjadi dalam 3 tahun terakhir, sehingga produksi padi setiap musim tanam tidak pernah mengalami peningkatan.
"Tikus-tikus itu berasal dari kebun kelapa sawit, yang sebelumnya merupakan areal persawahan. Akibatnya, setiap panen petani selalu merugi karena hasil menurun," tambah Munirun, seorang petani di Desa Sebakung Jaya lainnya.
Ia mengungkapkan, sejak adanya kebun kelapa sawit di sekitar sawahnya yang mencapai luas 30 ha, jumlah tikus yang menyerang padi mereka mencapai ratusan ekor.
"Sebelum adanya kebun kelapa sawit setiap panen mampu memproduksi 130 karung padi. Namun semenjak adanya kebun kelapa sawit produksinya menurun sampai 50 karung untuk setiap 1 hektare. penurunan itu lebih 50 persen," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Jumlah luasan lahan persawahan akan terus menurun, bila tidak ada larangan dari pemerintah agar petani tidak lagi menanam kelapa sawit di atas areal persawahan," ungkap Kepala Desa Sebakung Jaya, Muharis, Jumat.
Ia menjelaskan, sampai sekarang pihaknya belum bisa melarang para petani untuk menanam kelapa sawit di atas lahan mereka.
"Kami mau ngomong apa, kalau aturannya belum ada. Kan tidak bisa dilarang, tinggal sekarang hanya memberikan pengertian kepada petani, bahwa bila tidak menanam padi, produksi beras akan turun," katanya.
Meski memerlukan waktu lebih lama sekitar 3 tahun untuk panen pertama, menanam kelapa sawit memang cukup menguntungkan dibandingkan dengan padi. Karena bila menanam padi dan mengalami gagal panen, maka petani langsung bangkrut.
"Biaya yang dikeluarkan sekali musim tanam juga tidak sedikit, sehingga bila produksi menurun maka petani jelas akan mengalami kerugian," ujar Muharis.
Selama ini, tambahnya, aparat desa sudah memberikan arahan dan pengertian kepada para petani, agar tetap menanam padi. Apalagi selama ini Desa Sebakung Jaya menjadi salah satu lumbung padi di PPU.
Di sisi lain, diungkapkan Gatot, ketua perkumpulan petani pengguna air (P3A) Desa Sebakung Jaya, sawah-sawah yang sudah berubah menjadi kebun sawit dan berbatasan dengan lahan yang masih berupaa sawah, menjadi tempat persembunyian tikus.
Tikus-tikus itu kemudian menyerang persawahan dan membuat panen petani menurun hingga 50 persen. Ini sudah terjadi dalam 3 tahun terakhir, sehingga produksi padi setiap musim tanam tidak pernah mengalami peningkatan.
"Tikus-tikus itu berasal dari kebun kelapa sawit, yang sebelumnya merupakan areal persawahan. Akibatnya, setiap panen petani selalu merugi karena hasil menurun," tambah Munirun, seorang petani di Desa Sebakung Jaya lainnya.
Ia mengungkapkan, sejak adanya kebun kelapa sawit di sekitar sawahnya yang mencapai luas 30 ha, jumlah tikus yang menyerang padi mereka mencapai ratusan ekor.
"Sebelum adanya kebun kelapa sawit setiap panen mampu memproduksi 130 karung padi. Namun semenjak adanya kebun kelapa sawit produksinya menurun sampai 50 karung untuk setiap 1 hektare. penurunan itu lebih 50 persen," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012