Kinabalu (ANTARA Kaltim) - Konsulat Jenderal RI (KJRI) Sabah Malaysia berupaya memaksimalkan pelayanan pendidikan anak-anak warga tenaga kerja Indonesia (TKI) di Negeri Sabah Malaysia.
"Di Sabah tingkat mobilisasi anak-anak TKI sangat tinggi yang dapat terjadi setiap saat sehingga setiap bulan atau tahun jumlah anak usia sekolah mengalami peningkatan," kata Konsul Jenderal RI Sabah, Soepeno Sahid di Kota Kinabalu, Minggu.
Sementara jumlah lembaga pendidikan yang tersedia tidak mencukupi dibandingkan jumlah aank-anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah.
Namun dia sangat optimistis upaya tersebut dapat terwujud karena sambutan yang baik orangtuanya (TKI) untuk menyekolahkan anak-anaknya.
"Alhamdulillah antusiasme orangtua (TKI) sangat baik terhadap program kita soal pelayanan pendidikan dasar ini," ujarnya.
Soal pelayanan pendidikan dasar anak-anak TKI ini, aku Soepeno, lebih fokus pada aspek kuantitas daripada kualitas, karena berbagai kendala yang dialami seperti jumlah lembaga pendidikan dan tenaga pengajar.
"Jadi yang lebih penting adalah masalah bagaimana anak-anak TKI bisa terlayani pendidikan dasarnya. Itu lebih penting untuk saat ini dan masalah kualitas belum terpikirkan," ungkapnya.
Apabila aspek kuantitas sudah terpenuhi, Soepeno menyatakan secara bertahap perlahan-lahan akan memperbaiki kualitasnya baik dari segi penyediaan sarana prasarana, pelaksanaan proses belajar mengajar, maupun kualitas pendidikan itu sendiri.
Khusus untuk lembaga pendidikan Learning Centre (LC) sendiri sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Indonesia yang merupakan lembaga pendidikan non pemerintah yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat.
"LC ini tumbuh dari bawah (TKI) dan bukan bentukan dari pemerintah atau KJRI. Tapi dibentuk sendiri oleh para TKI pada masing-masing ladang," ujarnya.
POsisi KJRI pada LC ini, kata dia, hanya sebagai fasilitator semata dan tenaga pengajarnya pun berasal dari para TKI sendiri.
Tetapi saat ini, beberapa LC tersebut telah mendapatkan bantuan tenaga pengajar dari Kementerian Pendidikan RI namun itu akan perlahan-lahan akan ditarik untuk ditugaskan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).
"Kami cuma fasilitasi saja, dan mengenai proses pembentukannya ditentukan sendiri oleh para TKI pada masing-masing tempat kerjanya," kata Soepeno. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Di Sabah tingkat mobilisasi anak-anak TKI sangat tinggi yang dapat terjadi setiap saat sehingga setiap bulan atau tahun jumlah anak usia sekolah mengalami peningkatan," kata Konsul Jenderal RI Sabah, Soepeno Sahid di Kota Kinabalu, Minggu.
Sementara jumlah lembaga pendidikan yang tersedia tidak mencukupi dibandingkan jumlah aank-anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah.
Namun dia sangat optimistis upaya tersebut dapat terwujud karena sambutan yang baik orangtuanya (TKI) untuk menyekolahkan anak-anaknya.
"Alhamdulillah antusiasme orangtua (TKI) sangat baik terhadap program kita soal pelayanan pendidikan dasar ini," ujarnya.
Soal pelayanan pendidikan dasar anak-anak TKI ini, aku Soepeno, lebih fokus pada aspek kuantitas daripada kualitas, karena berbagai kendala yang dialami seperti jumlah lembaga pendidikan dan tenaga pengajar.
"Jadi yang lebih penting adalah masalah bagaimana anak-anak TKI bisa terlayani pendidikan dasarnya. Itu lebih penting untuk saat ini dan masalah kualitas belum terpikirkan," ungkapnya.
Apabila aspek kuantitas sudah terpenuhi, Soepeno menyatakan secara bertahap perlahan-lahan akan memperbaiki kualitasnya baik dari segi penyediaan sarana prasarana, pelaksanaan proses belajar mengajar, maupun kualitas pendidikan itu sendiri.
Khusus untuk lembaga pendidikan Learning Centre (LC) sendiri sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Indonesia yang merupakan lembaga pendidikan non pemerintah yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat.
"LC ini tumbuh dari bawah (TKI) dan bukan bentukan dari pemerintah atau KJRI. Tapi dibentuk sendiri oleh para TKI pada masing-masing ladang," ujarnya.
POsisi KJRI pada LC ini, kata dia, hanya sebagai fasilitator semata dan tenaga pengajarnya pun berasal dari para TKI sendiri.
Tetapi saat ini, beberapa LC tersebut telah mendapatkan bantuan tenaga pengajar dari Kementerian Pendidikan RI namun itu akan perlahan-lahan akan ditarik untuk ditugaskan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).
"Kami cuma fasilitasi saja, dan mengenai proses pembentukannya ditentukan sendiri oleh para TKI pada masing-masing tempat kerjanya," kata Soepeno. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012