Surabaya (ANTARA News) - Tawuran pelajar hingga mematikan siswa merebak di Tanah Air, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, bukan bukti dari kesalahan dan kegagalan sistem pendidikan nasional.

Kementerian itu kini memang sedang merumuskan penguatan pendidikan karakter dalam kurikulum pendidikan.

"Itu kasus saja, bukan berarti sistem pendidikan yang salah, karena kalau sistem yang salah, berarti itu (tawuran) ada dimana-mana. Itu 'khan cuma di Jakarta, tapi di Tulungagung 'khan nggak ada. Di Jakarta pun tidak semua sekolah," katanya, di Surabaya, Minggu.

Dia menjelaskan pihaknya sejak tahun 2010 hingga saat ini memang sedang merumuskan pembenahan kurikulum untuk memperkuat pendidikan karakter dalam dunia pendidikan.

"Itu sudah kami lakukan sejak 2010, tapi pembenahan masih sedang dirumuskan, karena itu saya tidak bisa mengatakan sekarang. Apakah nanti ada pendidikan Pancasila lagi, perumusan (pembenahan kurikulum) itu masih sedang dalam proses, tunggu saja," katanya.

Tentang kasus tawuran antarpelajar SMAN 6 dan SMAN 70 di Jakarta, mantan Rektor ITS Surabaya itu menyatakan kasus tawuran itu tidak berdiri sendiri, tapi melibatkan orang luar yang "memelihara" tawuran itu.


16 Tewas

Sementara itu, secara terpisah Anggota Komisi X DPR RI, Rohmani, mengemukakan, hingga September 2012 sudah ada sekurangnya 16 orang pelajar yang tewas akibat tawuran siswa antar sekolah.

"Ini sudah merisaukan kami. 2012 ini saja, sudah 16 siswa karena tawuran siswa antar sekolah. Pemerintah harus memberikan penjelasan. Dan kami harus memberi respon sebelum persoalannya makin rumit," katanya di Jakarta, Minggu.

Karena itulah, kata dia, Komisi X DPR pekan ini telah memanggil pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada acara rapat dengar pendapat itu juga dihadirkan Dinas Pendidikan DKI Jakarta guna membahas masalah tawuran yang sering terjadi di kalangan pelajar akhir-akhir ini. (*)

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012