Pemkot Balikpapan kembali mempertimbangkan ide menjadikan Asrama Haji Batakan sebagai rumah sakit darurat untuk merawat pasien COVID-19 untuk mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan intensif.
 

“Kami sedang bahas itu. Sedang dipertimbangkan apakah cukup menambah tempat tidur saja di rumah-rumah sakit yang selama ini sudah jadi rujukan atau menambah fasilitas kesehatan di Asrama Haji dan menjadikannya rumah sakit darurat,” kata Wali Kota Balikpapan,Rizal Effendi, Sabtu.

Selama masa wabah COVID-19 ini, Asrama Haji sebenarnya sudah menjadi tempat perawatan COVID-19, yaitu sebagai tempat isolasi bagi Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau pun Orang Dalam Pengawasan (ODP).

Menurut Kepala Seksi Pelayanan Asrama Haji Batakan Muchtar beberapa waktu yang lalu dalam hal perawatan ODP dan PDP, ada 4 Asrama yang siap digunakan yakni Quba, Khandaq, Mad Hujja, Raudah dan Zam-zam. Dalam 1 kamar terdapat 2 hingga 6 tempat tidur.

Menurut Muchtar, jumlah kamar seluruhnya sebanyak 855. Untuk kontak erat dan suspek saat itu disiapkan 226 kamar dimana satu kamar terdapat 2 hingga 6 tempat tidur.

“Jadi siap digunakan. Kami juga menyiagakan dua poliklinik untuk pelayanan kesehatan jika memang dibutuhkan,” kata Muchtar.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Balikpapan dr Andi Sri Juliarty bahwa jumlah tempat tidur untuk perawatan ataupun isolasi pasien COVID-19 di 8 rumah sakit rujukan di Balikpapan kini tersisa 42.

“Pada Kamis 14 Januari 2021 jumlah tempat tidur 447, terisi 405. Jadi tersisa 42,” kata dr Juliarty. Bahkan untuk tempat tidur ICU (Intensive Care Unit) tersisa untuk 4 orang, dengan 3 diantaranya tempat tidur ICU khusus untuk anak-anak.

“Itu di RS Hermina, yaitu ICU untuk anak-anak,” kata Kadinkes Juliarty.

Pada Jumat kemarin terjadi penambahan kasus positif sebanyak 167 orang dan 4 meninggal. ”Ini kasus tertinggi selama wabah COVID-19 di Balikpapan,” kata Kadinkes.
 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021