Samarinda  (ANTARA News Kaltim) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), masih mengumpulkan dokumen terkait pesawat Piper PA-31 Piper Navajo Chief Tain milik PT Intan Angkasa yang ditemukan hancur di Gunung Mayang, Kabupaten Kutai Timur.

"Hari ini (Selasa) kami masih mengumpulkan data di Bandara Temindung berisi dokumen terkait laporan bandara, situasinya bagaimana sebelum terbang termasuk kondisi cuaca," ungkap investigator KNKT, Kapten Khairuddin, kepada wartawan di Posko Penanggulangan Pencarian Korban Pesawat Jatuh di Bandara Temindung Samarinda, Selasa sore.

Namun, dia mengaku belum mengetahui detail dokumen tersebut sebab masih melakukan pengumpulan data.

"Kami belum membaca sebab masih mengumpulkan data," kata Kapten Khairuddin.

Usai melakukan pengumpulan data di Bandara Temindung dua tim investigator KNKT itu selanjutnya menuju ke Polresta Samarinda.

"Kami akan melihat langsung komponen pesawat yang sebelumnya telah ditemukan tim SAR dan saat ini disimpan di Polresta Samarinda. Namun, saya belum tahu bentuknya sebab baru sekarang kami mau lihat," katanya.

"Untuk di lokasi jatuhnya pesawat itu sudah selesai namun kami masih akan mengumpulkan data-data terkait penerbangan pesawat Piper itu," ungkap Kapten Khairuddn.

Dua investigator KNKT tiba di Bandara Temindung Samarinda sejak Senin (27/8) sekitar pukul 14. 00 Wita.

Selanjutnya, sekitar pukul 14. 27 Wita dua investigator KNKT yakni, Kapten Khairuddin dan Hendri meninggalkan Bandara Temindung menuju lokasi jatuhnya pesawat milik PT Intan Perkasa di Gunung Mayang, Kabupaten Kutai Timur menggunakan heli MD 500.

Senin sore sekitar pukul 18. 00 Wita, tim KNKT kembali ke Bandara Temindung Samarinda.

"Saat tiba di lokasi, saya melihat serpihan-serpihan dan hanya beberapa bagian yang utuh di antaranya, mesin, propeler dan landing gir sementara lainnya sudah hancur dan berbentuk serpihan. Untuk kepentingan investigasi kami berusaha membawa bagian yang bisa dibaca termasuk komponen yang telah ditemukan tim SAR serta pihak kepolisian namun saya belum tahu jenisnya sebab belum melihat langsung," kata Kapten Khairuddin, sesaat setelah meninjau lokasi jatuhnya pesawat Piper itu.

"Kami juga mendokumentasikan lokasi dan kondisi pesawat yang luas serpihannya sekitar 20 meter persegi untuk kemudian didiskusikan bersama tim ahli di Jakarta. Sejauh ini kami belum bisa menyimpulkan apa-apa dari hasil pengamatan langsung di lapangan sebab hal itu harus didiskusikan bersama para pakar lainnya dan KNKT diberi waktu 12 bulan untuk melakukan investigasi," katanya.

Walaupun pesawat Piper yang jatuh itu tidak dilengkapi CVR (Cockpit Voice Recorder) dan perekam data penerbangan ((Flight Data Recorder/FDR), serta terbakarnya CVR sehingga tidak bisa dibaca namun KNKT akan mengumpulkan data-data yang bisa diambil untuk mengungkap penyebab jatuhnya pesawat survei itu.

Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International itu, sedang melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat (24/8) pagi sekitar pukul 08.04 Wita.

Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang, yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, diketahui lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pagi sekitar pukul 07.51 Wita, dan dipastikan hilang pada Jumat siang sekitar pukul 13.51 Wita.

Pesawat buatan Amerika tahun 1978 itu akhirnya ditemukan dalam kondisi hancur dan terbakar di lereng Gunung Mayang, Kabupaten Kutai Timur, pada Minggu (26/8) sekitar pukul 17.25 Wita.

Tiga penumpang dan pilot pesawat itu tewas dan mayatnya langsung dievakuasi ke RSUD AW Sjahranie Samarinda pada Senin dinihari sekitar pukul 02.55 Wita. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012