Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Tim Dissaster Victim Identification (DVI) Polda Kalimantan Timur akan meminta properti atau sidik jari General Manager Elliott Geophysics International, Peter John Elliott, ke pihak Kedutaan Besar Australia di Indonesia.

"Karena salah satu korban adalah warga negara asing (WNA) maka sesuai prosedur proses identifikasi melalui 'ante mortem' itu kita akan lakukan dengan meminta sidik jari melalui Kedubes Australia," ungkap Kabid Dokkes Polda Kaltim, Komisaris Besar Polisi dr Budi Heryadi, di Posko Ante Mortem Bandara Temindung Samarinda, Minggu.

Hingga hari ketiga pascahilangnya pesawat carteran milik PT Intan Angkasa itu kata Budi Heryadi, baru dua keluarga korban pesawat yang datang ke Posko Ante Mortem Bandara Temidung

Proses identifikasi melalui pos ante mortem lanjut dia dilakukan untuk mengetahui properti terakhir yang digunakan korban.

"Baru dua korban pesawat yakni, anak dari pilot pesawat hilang tersebut Capt Marshal Basir serta saudara dari surveyor Elliot Geophysics International, Jandri Hendrizal yang datang ke pos ante mortem. Sementara, data dari Kapten Suyoto baru kami peroleh melalui telepon dari teman-temannya. Kami berharap, ada pihak keluarga baik istri, anak atau pun saudara yang bisa memberikan data-data fisik korban," kata Budi Heryadi.

Data ante mortem merupakan data ciri-ciri fisik khusus seseorang seperti gigi, sidik jari, tanda lahir, maupun properti atau pakaian yang terakhir digunakan sebelum dinyatakan hilang.

"Data ante mortem itu kemudian akan dicocokan dengan yang diperoleh dari tubuh korban yang akan dilakukan melalui proses identifikasi di pos ante mortem. Namun, kami tetap berharap semua penumpang maupun pilot ditemukan masih dalam kondisi selamat," ungkap Budi Heryadi.

Tim DVI Polda Kaltim, lanjut dia telah mendirikan pos ante mortem di Bandara Temindung dan Pos Mortem di RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13.51 Wita.

Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam.

Dari Bandara Temindung Samarinda pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.

Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012