Nunukan  (ANTARA News Kaltim) - Tidak ada yang pernah menyangka bahwa rumput laut di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur akan menjadi produk yang bisa diandalkan sebagai komoditi unggulan, sekaligus menjadi anugerah bagi masyarakat setempat.

Meskipun harganya yang semakin menurun, tapi keinginan masyarakat wilayah perbatasan ini tidak pernah surut untuk terus menjadikan bertani rumput laut sebagai harapan untuk membiayai kehidupan keluarganya.

Kondisi ini disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Nunukan, Suprianto, Jumat di kantornya bahwa, budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan yang dimulai sejak tahun 2008 merupakan suatu anugrah bagi masyarakat.

"Rumput laut ini merupakan anugrah bagi masyarakat Kabupaten Nunukan, secara teori tidak pernah terbayangkan rumput laut bisa dibudidayakan disini," ujar Suprianto.

Kenapa dianggap sebagai anugrah? Sebenarnya rumput laut harus dibudidayakan pada air laut yang bersih. Sementara air laut di sepanjang Kabupaten Nunukan sangat keruh, kotor dan dangkal karena hanya sebuah sungai yang berhubungan langsung dengan lautan luas yaitu pertemuan Selat Makassar dengan laut Cina Selatan.

Dasar masyarakat Kabupaten Nunukan selalu mencoba yang belum pernah dilakukannya, maka pertengahan 2008 ada sekelompok masyarakat yang membudidayakan. Dan akhir tahun itu juga mulai dipanen.

Pada awalnya, DKP Kabupaten Nunukan pesimis keberadaan rumput laut dengan berbagai alasan. Namun setelah melihat hasil panen awal masyarakat yang mungkin dinilai dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian petani, sehingga langsung melakukan pelatihan-pelatihan dan menyediakan bibit.

"Sebenarnya pada awalnya, DKP Kabupaten Nunukan sangat pesimis akan keberadaan rumput laut karena kondisi alam Kabupaten Nunukan tidak mendukung. Tapi masyarakat mencoba dan ternyata hasilnya sangat baik," ujar Suprianto.

Respon pemerintah tersebut juga disambut baik oleh masyarakat, utamanya yang berminat mengembangkan budidaya rumput laut.

Ditandai dengan membaiknya harga pada waktu itu sehingga antusiasme masyarakat khususnya yang berkeinginan melakoni budidaya rumput laut semakin tinggi. Setelah perdagangan pakaian bekas dan penebangan kayu dilarang, rumput laut datang sebagai penolong yang tak pernah diduga sebelumnya.

Pada waktu itu, Suprianto mengakui rumput laut langsung membooming sehingga masyarakat Kabupaten Nunukan khususnya yang berdomisili di kawasan pantai tiba-tiba meluas tanpa kendali.

Bahkan, masyarakat yang berada di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik pun mulai tertarik. Bahkan masyarakat yang memiliki kemampuan keuangan mulai menanamkan modalnya sebagai investasi dengan mendorong sekelompok masyarakat untuk menjadi pengelola rumput laut.

Sebagian lagi mulai berpikir untuk mencari sasaran pasar dan menjadi pengumpul yang membeli rumput laut dari petani.

Memboomingnya rumput laut tersebut, Suprianto menyatakan banyak masyarakat Kabupaten Nunukan secara perlahan-lahan meninggalkan mata pencaharian awalnya dan fokus pada bertani rumput laut. Kawasan laut sepanjang Pulau Nunukan pun, mulai dikapling oleh masyarakat.

Tingginya minat masyarakat Kabupaten Nunukan membudidayakan rumput laut ini, berdampak dengan turunnya harga secara perlahan-lahan pula. Harga awal munculnya rumput laut mencapai Rp 11.000,-. Akhirnya sekarang ini, harga sisa Rp 4.500 per kilogramnya.

Semakin turunnya harga itulah, maka banyak mulai kebingungan untuk menghidupi keluarganya. Selain memilih untuk menghentikan budidaya rumput laut, juga diantaranya ada yang kembali pada profesi awalnya sebagai nelayan (pencari ikan) dan menggarap sawah dan kebunnya.

Suprianto mengatakan turunnya harga rumpur laut merupakan dampak krisis moneter di kawasan negara eropa. Ia mengatakan, perkembangan harga rumput laut ini tetap dipantaunya setiap saat. Makanya setiap ada momen tepat, dinas yang dipimpinnya melakukan upaya-upaya demi kemaslahatan petani rumput laut tadi.

Katanya, sudah banyak melakukan langkah mencarikan solusi mengenai pengembangan budidaya rumput laut dengan mendatangkan sejumlah calon investor seperti PT Bantimurung Indah anak Grup PT Bosowa, perusahaan terkenal di Sulawesi Selatan dan perusahaan Malaysia serta Korea untuk menamankan investasinya dengan membeli produk rumput laut kita.

Agar budidaya rumput laut tidak berhenti di tengah jalan, DKP Kabupaten Nunukan bekerjasama dengan Balai Riset Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan melakukan pelatihan-pelatihan. Kemudian bekerjasama dengan pembudidaya rumput laut di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan serta Semarang Jawa Tengah.

Selain dengan pelatihan-pelatihan yang telah diberikan kepada petani, juga pemerintah Kabupaten Nunukan telah berupaya menjalin kerjasama dengan pihak perbankan dari Bank Indonesia (BI) memberikan motivasi atau mengajak memberikan bantuan modal.

Namun semuanya tidak pernah memberikan jawaban yang pasti dan jelas soal kelangsungan komunikasi yang dijalin sebelumnya.

Menurunnya harga dan banyaknya petani rumput laut yang berhenti, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Nunukan berpikir untuk mengembalikan sektor ini agar dikembangkan lagi.

Maka pada kesempatan baru-baru ini mencoba mengkomunikasikan dengan dua perusahaan ekspor di Pulau Jawa yaitu PT Asia Sejahtera Mina, beralamat di surabaya Jawa Timur. Perusahaan ini adalah eksportir rumput laut ke negara Cina dan PT Gumida, sebuah pabrik pengolah rumput laut yang beralamat di Jakarta sekaligus eksportir tujuan negara-negara eropa.

Adanya dua perusahaan yang siap menampung rumput laut asal Kabupaten Nunukan ini, Suprianto mengatakan harga mulai terdongkrak secara perlahan-lahan menjadi Rp 7.100 per kilogram dalam keadaan kering.

Suprianto menyatakan kedua perusahaan ini telah menjalin kerjasama dan telah menandatangani memorandum of Understanding (MoU) langsung dengan petani rumput laut yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) perikanan rumput laut.

Gapoktan ini terdiri dari tujuh kelompok tani yang saat ini berada di Mamolo Kelurahan Tanjung Harapan Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan sebagai sentra pengembangan budidaya rumput laut di wilayah ini.

Semoga rumput laut ini benar-benar anugrah bagi masyarakat Kabupaten Nunukan, yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara meluas pada masa yang datang. (*)

Pewarta: Muhammad Rusman

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012