Hari ini, 44 tahun silam, Cekoslowakia menghadapi juara bertahan Jerman Barat dalam partai final Euro 1976 di Stadion Red Star, Belgrade, Yugoslavia.


Cekoslowakia --kini terpecah menjadi Republik Ceko dan Slowakia-- memulai pertandingan lebih baik dibandingkan kubu juara bertahan, demikian arsip laporan pertandingan yang ada di laman resmi UEFA.

Bek legendaris Jerman, Berti Vogts melakukan umpan blunder di area pertahanannya sendiri memaksa kiper Sepp Maier menghalau tembakan Koloman Gogh.

Akan tetapi bola masih hidup dan Zdenek Nehoda mengirimkan umpan silang dari sisi kanan untuk diselesaikan oleh Jan Svehlik demi membuka keunggulan Cekoslowakia, hanya delapan menit setelah pertandingan berlangsung.

Keunggulan itu digandakan oleh Cekoslowakia pada menit ke-25 dalam situasi bola mati. Tendangan bebas Marian Masny berusaha disapu oleh kapten Jerman Barat Franz Beckenbauer, tetapi bola berhasil disambut oleh Karol Dobias yang melepaskan tembakan mendatar untuk menaklukkan Maier.

Tiga menit berselang, Jerman Barat memperkecil ketertinggalan mereka saat umpan silan Rainer Bonhof disambut tendangan akrobatik Dieter Mueller, yang bebas tak terkawal di muka gawang.

Pertandingan selanjutnya diwarnai setidaknya tiga penyelamatan gemilang kiper Cekoslowakia, Ivo Viktor, atas peluang Beckenbauer, tembakan Heinz Flohe dan tendangan bebas Bonhof, meski kemudian sang penjaga gawang melakukan kesalahan semenit jelang bubaran waktu normal.

Viktor tampak ragu-ragu ketika menyambut sepak pojok Bonhof dan kalah gesit merebut bola udara, yang akhirnya disundul Bernd Hoelzenbein di area tiang dekat, mengubah kedudukan menjadi 2-2 dan pertandingan harus dilanjutkan ke babak tambahan waktu.

Skor imbang tak berubah hingga babak tambahan rampung dimainkan dan untuk pertama kalinya jawara kejuaraan antarnegara Eropa itu ditentukan melalui adu penalti.

Tujuh penendang pertama adu penalti sukses menunaikan tugasnya dari titik putih ketika Uli Hoeness unjuk diri sebagai algojo keempat Jerman Barat dan legenda Bayern Muenchen itu mengaku dilanda gugup saat menghadapi bola.

"Saya memutuskan untuk melepaskan tembakan keras, berusaha membidik sudut gawang. Bola malah melambung di atas mistar gawang dan saya pikir orang-orang baru menemukannya beberapa tahun kemudian," kata Hoeness dalam arsip UEFA.

"Negara itu kemudian dilanda perang dan di antara puing-puing stadion yang porak poranda, mereka menemukan bola itu," ujarnya menambahkan, merujuk pada perang sipil yang belakangan membuat Yugoslavia terpecah belah dan Belgrade kini diketahui sebagai wilayah di bawah Serbia.

Cekoslowakia sudah unggul 4-3, ketika Antonin Panenka mendapat giliran sebagai penendang kelima negaranya. Alih-alih melepaskan tembakan keras seperti banyak algojo penalti lainnya, Panenka menendang bola dengan lemah ke tengah gawang.

Eksekusi penalti Panenka begitu lemah, tapi cungkilannya mengecoh Maier yang melompat ke sisi kiri sedangkan bola bahkan bergulir hampir tak mencapai jala gawang.

Gaya penalti itu di kemudian hari kesohor sebagai tendangan Panenka, yang di Stadion Red Star hari itu punya arti yang lebih penting yakni trofi Euro pertama bagi Cekoslowakia.

 

Kekal

Antonin Panenka bukanlah seorang pemain yang punya rekam jejak gemerlap. Ia bukan Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Diego Maradona ataupun Pele yang mendominasi sebagai patron utama sepak bola di zamannya.

Bahkan Euro 1976 merupakan trofi pertama yang diraih Panenka yang kala itu berusia 27 tahun dan sudah meniti karier sembilan tahun di kancah sepak bola profesional bersama Bohemians Praha.

Akan tetapi, eksekusi penaltinya di final Euro 1976 membuat nama Panenka kekal dalam kamus sepak bola dunia.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan harian Inggris, Express, pada 11 Oktober 2019, Panenka mengaku ia melatih gaya eksekusi penaltinya itu dua tahun sebelum tampil di babak utama Euro 1976.

"Saya melatihnya selama dua tahun sebelum Euro 1976. Saat itu saya menyadari kiper punya kecenderungan melompat ke salah satu sisi gawang, jadi menendang ke tengah adalah opsi bagus," kata Panenka.

Kiper Bohemians Praha, Zdenek Hruska, menjadi lawan latihan Panenka dalam mengasah gaya eksekusi penalti yang kelak kesohor itu.

"Tiap kali selepas sesi latihan, saya bertaruh dengan Hruska dalam tendangan penalti. Ia kiper yang bagus, jadi saya kehilangan banyak uang, cokelat dan apa saja yang kami pertaruhkan saat itu," katanya.

"Lantas saya mulai menerapkan beberapa trik dan pelan-pelan lebih banyak memenangi pertaruhan dengannya. Yang jadi masalah kemudian saya jadi menggendut karena terlalu banyak memenangi cokelat," ujar Panenka yang kini berusia 71 tahun.

Panenka kini menduduki kursi presiden kehormatan bekas klubnya, Bohemians Praha, yang sudah berganti nama menjadi Bohemians 1905.

Mengenang momen di Belgrade 54 tahun silam, Panenka mengaku banyak orang bertanya apa jadinya jika tembakan penaltinya gagal dan berujung pada Jerman Barat menyamakan kedudukan atau malah bangkit mengalahkan Cekoslowakia.

"Jika itu terjadi, mungkin saya sekarang sudah menjadi pekerja pabrik dengan pengalaman 40 tahun," ujarnya berkelakar.

Tapi, yang terjadi sebagaimana diketahui banyak orang, Maier melompat ke sisi kiri gawang, bola melayang lemah ke tengah gawang dan Cekoslowakia mengangkat trofi Euro 1976, sedangkan nama Panenka kekal dalam sejarah keriaan jagat sepak bola.

Mereka yang terinspirasi

Gaya penalti Panenka kemudian menginspirasi banyak pesepak bola profesional lainnya untuk meniru teknik serupa saat menghadapi bola dari titik putih baik di tengah pertandingan maupun ketika penentuan lewat adu penalti.

Nama-nama besar seperti Francesco Totti, Zinedine Zidane, Andrea Pirlo bahkan Messi pernah menggunakan teknik Panenka saat mengeksekusi penalti mereka di panggung-panggung besar.

Totti melepaskan penalti Panenka saat Italia mengalahkan Belanda 3-1 dalam adu penalti laga semifinal Euro 2000.

Zidane melakukannya dengan lebih baik ketika penalti Panenka-nya menghantam bagian bawah mistar gawang dan bola memantul melewati garis gawang sebelum keluar lagi di final Piala Dunia 2006, kendati Prancis akhirnya dikalahkan oleh Italia.

Pirlo mengeksekusi penalti Panenka demi mengecoh kiper Joe Hart dan mengantarkan Italia melewati Inggris di babak perempat final Euro 2012.

Kapten Real Madrid, Sergio Ramos, dua kali menggunakan teknik Panenka saat membela Spanyol di babak utama Euro 2012 dan fase kualifikasi Euro 2016.

Sedangkan Messi meniru teknik Panenka saat Barcelona menggulung Getafe 6-0 pada 28 April 2015, demi membantu Las Blaugranas menjuarai La Liga musim 2014/15.

Eksekusi penalti Panenka Messi itu bahkan dipuji oleh sang kreator sebagai tiruan terbaik yang pernah dilihatnya.

"Eksekusi Messi adalah yang terbaik yang pernah saya lihat," kata Panenka dilansir harian Spanyol Diario SPORT pada 29 April 2015.

"Pesepak bola seperti Ramos, Totti dan Zidane juga pernah melakukan penalti Panenka. Tapi Messi yang terbaik di antaranya semuanya," pungkasnya.

Pewarta: Gilang Galiartha

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020