Nunukan (ANTARA News Kaltim) - Sejumlah sekolah di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, tempat anak-anak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Sabah Malaysia ditampung menuntut ilmu, kondisinya memprihatinkan.

Keprihatinan itu berhubungan dengan fasilitas belajar yang sudah tidak layak pakai dan gedung-gedung mulai rusak akibat belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Nunukan, kata Kepala SDN 005 Desa Aji Kuning Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan, Hj Nursam SPd, di Sebatik, Senin.

Menurut dia, selama menjabat sebagai kepala sekolah itu sejak Februari 2011, pihaknya belum pernah mendapatkan bantuan kecuali dana biaya operasional sekolah (BOS).

Fasilitas belajar seperti meja dan bangku sudah tidak layak pakai lagi. Ditambah sarana buku-buku pelajaran yang dimiliki saat ini sudah tidak sebanding dengan jumlah muridnya yang mencapai 292 orang.

Dari 292 murid yang dididik sekolah yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari patok 3 perbatasan Indonesia-Malaysia ini, 47 orang di antaranya adalah anak-anak TKI yang orangtuanya tinggal dan bekerja di wilayah Malaysia.

Anak-anak TKI ini, kata Hj Nursam, berjalan kaki setiap hari ke sekolah dengan jarak sekitar 12 kilometer melalui jalan setapak.

Hal yang sama disampaikan Kepala SMP Negeri 1 Sei Pancang, Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten Nunukan, Sukardi SPd, di Sebatik, Senin.

Dikatakannya, sekolahnya yang mendidik puluhan anak-anak TKI sejak beberapa tahun lalu, belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat.

Sementara beberapa gedung belajar di sekolah tersebut mulai rusak akibat dimakan waktu ditambah halaman sekolah tersebut kebanjiran setiap musim hujan.

Yang lebih parah lagi, kata Sukardi, gedung perumahan guru-guru yang terdiri dari empat kopel itu kondisinya sangat tidak layak huni. Namun, terpaksa ditempati oleh guru-guru di sekolah yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari tapal batas Indonesia-Malaysia ini, karena tidak ada alternatif lain.

Perumahan guru yang letaknya di belakang gedung sekolah itu, sempat ditinjau langsung oleh Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Dr Meutia Hatta.

Meutia pun merasa sangat prihatin karena di antara perumahan itu terdapat kamar yang dihuni oleh tiga kepala keluarga (KK).

"Mudah-mudahan dengan melihat langsung kondisi perumahan guru ini, bisa terketuk hati pemerintah. Karena barusan ada pejabat dari Jakarta yang masuk di Sebatik mau melihat langsung perumahan guru ini," ujar seorang guru SMP Negeri 1 Sei Pancang Sebatik, Syair SAg, saat mengiringi Watimpres Bidang Pendidikan dan Kebudayaan ini, Senin.  (*)

Pewarta: M Rusman

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012