Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengingatkan semakin banyak kasus positif corona yang berasal dari orang tanpa gejala (OTG) klasik penyakit yang disebabkan virus corona baru itu.


"Pada awalnya kita menggambarkan sebaran-sebaran klasiknya yang dibawa oleh orang dalam keadaan sakit yang bergejala dengan suhu di atas 38 derajat Celcius, orang dengan batuk dan sesak. Namun dalam perkembangannya gambaran ini sudah tidak lagi menjadi ciri khas dari orang yang terinfeksi COVID-19," kata Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Minggu.

Pemerintah, tegasnya, semakin banyak menemukan orang yang diketahui memiliki virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 lewat tes PCR meski menunjukkan gejala yang sangat ringan atau bahkan tidak memiliki gejala.

OTG itu tidak mengalami demam dan batuk sehingga terlihat seperti orang yang sehat.

Dia mengingatkan jika OTG berada di tengah masyarakat dan tidak menggunakan masker maka akan memiliki risiko penularan kepada banyak orang, terutama untuk kelompok rentan.

"Hal itulah yang menjadi salah satu pemicu terus ditemukannya kasus positif COVID-19 di Indonesia," tegas dia.

Untuk memutus rantai penularan itu maka Yurianto mengimbau setiap individu melindungi diri dengan cara menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir, membatasi keluar rumah serta menghindari kerumunan.

"Ini menjadi penting karena kita tidak pernah tahu di luar siapa yang menjadi OTG, yang membawa virus dan tidak menunjukkan gejala apapun," tegas pria yang menjabat sebagai Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan itu.

Sampai dengan Minggu (10/5) pukul 12.00 WIB, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sudah mencatat akumulasi 14.032 kasus positif di Indonesia dengan 2.698 orang sudah dinyatakan sembuh dan 973 orang meninggal dunia.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020