Bogor (ANTARA News Kaltim) - Sebuah pusat studi berskala nasional/internasional dalam bidang zoonosis didirikan di Institut Pertanian Bogor sebagai mitra dari Komisi Nasional Zoonosis.

"Meski sekretariatnya berada di IPB, namun pusat studi ini bersifat nasional dengan pendekatan holistik, transdisiplin dan integratif," kata pakar kesehatan hewan yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB Prof Dr drh Heru Setijanto di Bogor, Jawa Barat, Kamis (19/4).

Komisi Nasional Zoonosis pengganti Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza. Komnas Zoonosis aktif bekerja usai Komnas Pengendalian Flu Burung berakhir masa tugasnya 13 Maret 2010

Di sela-sela seminar nasional zoonosis sekaligus pencanangan Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional yang dibuka Rektor IPB Prof Herry Suhardijanto dan diikuti ilmuwan nasional dan mancanegara, ia menjelaskan bahwa dengan kompetensi yang ada IPB disebutnya memanfaatkan peluang dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10/2011.

Ia menjelaskan, dalam Bab II tentang Strategi Pengendalian Zoonosi Pasal 3 huruf h pada Perpres tersebut disebutkan, pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi profesi, serta pihak-pihak lain.

"Jadi, kita di IPB dengan rujukan Perpres tersebut kemudian menggagas berdirinya pusat studi ini, yang berbeda dengan pusat studi lain yang di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)," kata Heru Setijanto, yang juga ketua panitia seminar itu.

Dijelaskannya bahwa zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, dan diprakirakan penyakit zoonotik akan semakin bertambah di tahun mendatang.

Ia mengemukakan bahwa saat ini masyarakat dunia menghadapi peningkatan ancaman penyakit-penyakit infeksius yang bersumber pada hewan sebagai dampak kerusakan lingkungan, pemanasan global, urbanisasi yang progresif dan perdagangan global.

Pemicu paling umum terhadap munculnya penyakit baru, katanya, adalah perubahan penggunaan lahan, pertanian, demografi dan sosial.

"Sebesar 75 persen penyakit-penyakit infeksius pada manusia dalam 20 tahun terakhir ini disebabkan oleh agen patogen pada hewan yang menginfeksi manusia, sehingga dikategorikan sebagai zoonosis," kata mantan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB itu.

    
Dampak Kesehatan Masyarakat

Menurut dia, kejadian zoonosis membawa dampak terhadap kesehatan masyarakat, seperti sakit, kematian, kecemasan dan ketakutan.

Kemudian, juga berpengaruh pada pembangunan peternakan dan pertanian secara umum, ekonomi, pariwisata dan konservasi satwa liar.

Bahkan, kata dia, Centers for Disease Control (CDC) and Prevention, Amerika Serikat, menyatakan kebanyakan agen patogen zoonosis dikategorikan sebagai ancaman bioterorisme potensial.

Contohnya, kata dia, hampir semua agen patogen tersebut yang dikategorikan AS, yaitu antraks, botulismus, plague, tularemia, dan viral hemorrhagic fever (Ebola, Marburg).

"Kriteria kategori A ini adalah prioritas utama, mudah menular dari manusia ke manusia, tingkat kesakitan tinggi, potensial berdampak utama pada kesehatan masyarakat, menyebabkan kepanikan masyarakat atau gangguan sosial, sehingga memerlukan tindakan khusus untuk kesiagaan masyarakat," katanya menegaskan.

Menurut dia, zoonosis penting di Indonesia yang menjadi masalah kesehatan hewan dan masyarakat saat ini cukup banyak.

Di antaranya adalah avian influenza, rabies, antraks, bruselosis, leptospirosis, sistiserkosis, salmonelosis, dan toksoplasmosis.

Mengenai pencegahan, pengendalian dan pemberantasan zoonosis yang paling efektif, kata dia, adalah pengendalian di sumbernya, yakni hewan, selain penerapan pendekatan induk semang, agen patogen, lingkungan dan pendekatan multidisiplin ilmu.

"Dan IPB sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia yang memiliki kompetensi utama di bidang pertanian dapat berperan penting di dalam penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat dalam rangka pencegahan, pengendalian dan pemberantasan zoonosis," kata Heru Setijanto.

Selain pakar berbagai bidang terkait dari Indonesia, seminar itu juga menghadirkan Prof H Kida dari Universitas Hokkaido, Jepang, yang juga Head WHO Coollaborating Centre for Zoonoses Control.  (*)

Pewarta: Andi Jauhari - ANTARA Bogor

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012